Gila berbelanja..

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Tempat itu bernama pasar                             
    Segala puji hanyalah milik Allah, yang memuliakan orang-orang yang taat kepada-Nya, dan menghinakan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah sholollohu alaihi wasallam yang diutus oleh Rabb-Nya membawa kabar gembira,
    pemberi peringatan, dan penyeru kepada Allah dengan izin-Nya, serta sebagai pelita yang terang.

    Allah Subhanahu wata'ala mengutamakan sebagian hamba-Nya di atas sebagian yang lain. Dia pula muliakan sebagian tempat di atas sebagian yang lain. Karenanya, Rasulullah Sholollohu alaihi wasallam bersabda :
    أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
    “Bagian wilayah negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian wilayah negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)
    Mengapa demikian ? karena masjid adalah tempat untuk beribadah, berdzikir, serta bermunajat kepada Allah Subhanahu wata'ala. Sedangkan pasar--termasuk juga berbagai tempat perbelanjaan modern--adalah tempat kelalaian, tipu daya, dusta, menyalahi janji, riba, dan tindakan-tindakan sejenisnya.
    Ulama salaf juga memperingatkan untuk tidak banyak memasuki pasar. Salman rodhiyallohu anha Berkata, “Jika mampu, jangan sekali-kali kamu menjadi orang pertama yang masuk pasar, dan orang yang terakhir keluar darinya. Sebab, pasar adalah medan tempur setan, dan di sana ia mengibarkan panjinya.” Di pasar, setan-setan berkumpul untuk memprovokasi orang-orang dan mengajak mereka kepada kemunkaran dan kerusakan baik dalam muamalah maupun akhlak dan tabiat. Hal ini bukan berarti kita dilarang total untuk pergi ke pasar, namun kita diingatkan agar senantiasa ingat kepada Allah dimanapun kita berada meskipun di tempat-tempat kelalaian seperti di pasar. Tidaklah Ibnu Mas’ud Rodhiyallohu anha keluar menuju pasar, lalu melewati para pandai besi dan melihat apa yang mereka keluarkan dari kobaran api, kecuali air mata mengalir deras dari kedua matanya. Ketika Al Hasan bin Shalih masuk ke pasar, serta melihat orang yang menjahit dan ada yang membuat sesuatu, maka ia berkata, “Lihatlah, mereka terus bekerja hingga kematian datang menjemput mereka.”
    Pasar, supermarket, dan berbagai pusat perbelanjaan adalah tempat setan menancapkan panjinya. Setan mengintai Anda untuk melemparkan anak panahnya atau menghujamkan tombaknya. Anda kini telah menjejakkan kaki di tengah hiruk pikuk pasar, maka mohonlah pertolongan kepada Allah, bertawakkallah kepada-Nya.
    Dari pasarlah, langkah-langkah pertama ketergelinciran bermula. Ada kata-kata terlontar kepadanya. Ada anak panah yang dibidikkan kepada dirinya. Di pasarlah tatapan mata membelah kehormatan sifat malu. Pandangan mata yang diharamkan saling bertemu.
    Pandangan, lalu senyuman, kemudian teguran
    Lalu perbincangan dan diakhiri dengan janji pertemuan

    Penyakit itu bernama GILA BELANJA
    Jika Anda sangat hobi belanja, dan keranjingan sekali untuk menjejakkan kaki di pasar, mall-mall, supermarket, dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya, waspadalah, Anda bisa saja sedang terjangkiti penyakit “gila belanja”. Penyakit ini mengakitbatkan hati tak lagi mampu dikendalikan untuk bersifat hemat. Uang-uang pun berhamburan di kasir-kasir supermarket, tanpa mampu dimenej. Akhirnya keluarga menjadi carut-marut bila penyakit ini masih menghiasi diri.
    Bukan maksud untuk mendiskreditkan, pada faktanya penyakit ini lebih umum terjadi pada diri seorang perempuan meskipun kaum lelaki juga banyak yang terkena. Mereka lebih senang pergi ke mall-mall ataupun supermarket hanya untuk membeli kebutuhan yang sepele. Bahkan dari mereka sampai rela pergi ke luar negeri untuk berhura-hura dan bershoping ria. Hobi berbelanja, boros, dan ingin mengikuti trend menjadi ciri bahwa ia telah menjadi bagian dari pengikut shopaholic.
    Sungguh fenomena yang menitikkan air mata dan menyesakkan dada. Gadis-gadis remaja yang hanya sibuk memikirkan belanja, yang tidak ada tempat di hatinya kecuali mall-mall dan supermarket. Tidak ada di dalam pikirannya, kecuali “Aku belanja apa?” Berapa banyak ? Di mana ?. Setiap kali mendengar ada tempat belanja baru, segera saja mereka berhamburan mendatangi. Mereka mahir dalam urusan dunianya namun bodoh terhadap akhiratnya. Apakah mereka lupa bahwa harta adalah milik Allah ? Dan apakah mereka tidak tahu bahwa semuanya nanti akan dimintai pertanggungjawaban. Sepeser pun uang yang digunakan tidak sebagaimana mestinya tidak akan luput dari hisab Allah Subhanahu wata'ala, naudzubillah min dzalik.
    Obat Penyakit “Gila Belanja”
    Terdapat beberapa solusi sebagai obat manjur bagi penyakit kecanduan belanja. Berikut adalah paparan singkat tentang hal itu.
    Pertama, mengendalikan jiwa, sehingga tidak setiap yang diinginkan mesti dibeli. Umar ra pernah berkata, “Apakah semua yang kamu inginkan, akan kamu beli? Janganlah kamu termasuk orang-orang dalam ayat ini, “…Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja)…’ (Al Ahqaf [46] : 20).”
    Juga, dengan mengekang diri dengan rasa takut kepada Allah, dan bersikap waspada terhadap hukuman-Nya akibat tindakan berlebihan dan bermewah-mewahan dalam menggunakan harta.
    Kedua, pengendalian yang dilakukan oleh para wali (suami, ayah), dan tidak bersikap lalai terkait dengan urusan perempuan.
    Ketiga, menyibukkan diri dengan amal ketaatan. Sebab, bila Anda tidak menyibukkan diri dengan ketaatan, maka hawa nafsu dan diri Anda yang menyibukkan Anda dengan kemaksiatan.
    Keempat, mencerdaskan kegiatan belanja, baik terkait uang yang diserahkan kepada istri dan anak-anak perempuan, atau terkait dengan barang-barang yang mereka beli. Sehingga mereka bisa membelanjakan harta atas dasar kebutuhan secara proporsional.
    Kepada yang Masih Memiliki Hati Nurani
    Kepada kaum lelaki, sepertinya masalah ini tidak penting bagi kalian dan seakan-akan sungai tidak mengalir di bumi kalian. Masalah ini begitu besar, dan kita semua akan ditanya di hadapan Allah terkait mahram-mahram kita dan kehormatan-kehormatan kita, lantas apa jawaban kita nantinya? Kita berkeliling berjam-jam lamanya. Kita duduk siang dan malam mengawasi bangunan rumah agar tidak ada satu pun yang kurang, tidak ada seorang pun yang mengganggunya, tidak ada sedikit pun yang mencelakainya, tetapi kita justru membiarkan “kehormatan kita” berjalan tanpat perlindungan . 

    (Disari dan dinukil dari Buku Gila Belanja Karya Syaikh Abdurrahman As Suhaim & Abdul Malik Qasim)

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.