Sesosok Mbah maridjan dalam pandangan seorang muslim

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Selain meletusnya gunung merapi kematian mbah maridjan juga menjadi obrolan berbagai lapisan masyarakat akhir-akhir ini, dikarenakan keterkenalan tokoh yang satu ini sebagai “kuncen” gunung merapi disamping mbah maridjan meninggal menjadi korban meletusnya gunung merapi. Apalagi konon meninggalnya dalam keadaan sujud.  
     
    Tak sedikit orang yang memujinya karena mati dalam keadaan sujud, atau karena keberaniannya dan pujian-pujian lainnya. Dan hampir tidak ada komentar yang tak senada dengan komentar – komentar diatas. Lalu bagaimanakah seorang muslim yang terbimbing dengan agama yang haq (benar) ba’da taufiqillah (setelah hidayah taufiq Allah) menilai sosok mbah maridjan. Insya Allah penjelasan sederhana dibawah ini menjadi penjelas bagi kita bagaimana kita menilai seorang mbah maridjan.

    Pertama : Mbah Maridjan dan tugasnya sebagai seorang “kuncen/juru kunci” gunung merapi

    Seharusnya seorang itu jeli dalam setiap permasalahan apalagi yang menyangkut permasalahan dien nya (agamanya)…!!! Cukup dengan mengetahui bahwasannya mbah maridjan sebagai seorang “kuncen” gunung merapi maka seharusnya seseorang sudah bisa menilai sosok mbah maridjan dengan benar dan menahan diri mereka untuk memuji mba maridjan dan mengagguminya. Kuncen…?? apa maksudnya ini, kalau tidak dibalik semua ini ada keyakinan-keyakinan sesat. Juru kunci gunung merapi…???!!!, ada apa dibalik semua itu…??? Kalau tidak keyakinan syirik…!!!. Itulah yang diyakini mbah maridjan, mbah maridjan menyakini bahwa gunung merapi mempunyai penunggunya, yang menguasainya, yang bisa menimpakan bahaya untuk masyarakat sekitar, sehingga berimbas dari keyakinan itu mbah maridjan melakukan taqarub (mendekatkan diri) dengan memberi sesajen dan yang lainnya supaya penunggu dan penguasa gunung merapi itu tidak marah dan menimpakan bahaya kepada masyarakat sekitar. Adakah perbuatan syirik (menyekutukkan Allah) yang lebih jelas dari ini…???!!!. Mbah maridjan melakukan ritual tolak bala dengan membuang berbagai macam barang karaton dari mulai keris dan lainya yang dikenal dengan labuhan merapi. Begitu juga melakukan ritual tapa bisu dan lain-lain.

    Berkata Asy Syaikh Shalih Al –Fauzan Hafidzahullah : ” Syirik adalah menjadikan sekutu (atau tandingan) bagi Allah didalam Rububiyah Nya (penciptaan, pengaturan, memberi manfaat dan mudharat/bahaya) dan didalam Uluhiyah Nya (dalam beribadah kepada Allah)” ( Aqidah Tauhid Syaikh Shalih Al –Fauzan: 18 )

    Berkata Imam Syaukani Rahimahullah : ” Bahkan syirik adalah dengan menujukan untuk selain Allah sesuatu yang merupakan kekhususan bagi Nya “ (Daurun Nadid Fi Kalimatil Ikhlas : 18 ) Termasuk kekhususan Allah adalah Rububiyah Nya, Allahlah satu satu-satunya yang mencipta, mengatur alam semesta ini, memberi rezeki, memberi manfaat dan mudharat (bahaya) dan yang lainnya. Dan mbah maridjan telah membuat tandinggan bagi Allah didalam Rububiyah Nya ketika mbah maridjan menyakini ada selain Allah yang memberi manfaat dan mudharat, yaitu penunggu gunung merapi.!!!

    Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :

    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

    Artinya: “Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)

    اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

    Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu “ (QS. Az-Zumar : 62)

    قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ

    Artinya : “ Katakanlah: ” Siapakah yang melimpahkan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)

    وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ

    Artinya : ” Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya. “ (QS. Yunus : 107)

    وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

    Artinya : ” Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikkan kepada mu, maka Dia Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu ” ( Qs. Al – An’am : 18 )

    Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :

    أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ

    “ Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apapun? Padahal (berhala) itu sendiri diciptakan. Dan (berhala) itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun mereka tidak dapat memberikan pertolongan “. (Qs. Al ‘Araaf : 191-192)

    Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdul Aziz Bin Baaz Rahimahullah : “ Dan ini adalah sifat sesembahan yang tidak berhak disembah. Dan ini pertanyaan dalam rangka celaan (bagi orang yang beribadah kepada selain Allah –penj) mereka menyembah kepada yang tidak bisa menciptakan walaupun hanya seekor semut bahkan mereka (sesembahan) itu diciptakan, bagaimana mereka bisa memberikan manfaat terhadap selain mereka, baik sesembahan itu berupa batu yang tidak berakal atau makhluk hidup yang tidak dapat mendengar (orang yang menyerunya –penj) atau orang mati yang tidak bisa mengabulkan seruan mereka, didalam ayat ini terkandung sifat sesembahan yang disembah selain Allah, yaitu empat hal :

    1. Bahwasanya mereka tidak dapat menciptakan sesuatu
    2. Bahwasanya mereka makhluk yang diciptakan
    3. Bahwasanya mereka tidak dapat menolong orang-orang yang menyembahnya
    4. Bahwasanya mereka tidak dapat memberikan pertolongan untuk diri mereka sendiri “ ( Syarhu Kitabit Tauhid Asy Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz : 98 )

    Disamping itu mbah maridjan mengaku – ngaku mendapat wangsit kapan meletus atau tidaknya gunung merapi dari penunggu gunung merapi atau dari mbah merapi ???!!!, atau pengakuan dia memastikkan gunung berapi tidak akan meletus dan yang lainnya…??!!.

    Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :

    إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ

    ” Sesungguhnya mereka menjadikan syaithan – syaithan sebagai wali (pelindung mereka) selain Allah, dan mereka mengira mereka mendapat petunjuk ” ( Qs. Al’Araaf : 30 )

    Akhirnya tidak sedikit yang menjadi korban dari meletusnya gunung merapi, termasuk orang yang katanya mendapat wangsit itu (mbah maridjan sendiri) dan orang yang mengikutinya.

    Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman :

    قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ

    “ Katakanlah wahai (Muhammad) tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah “ (Qs. An-Naml :65)

    Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurrahman As-sa’di Rahimahullah : “ Allah mengikrarkan bahwa Dia sematalah yang mengetahui perkara yang ghaib di langit dan di bumi sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : “ Pada sisi Allah lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada yang mengetahui perkara yang ghoib kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan dilautan dan tidak sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula dan tidak jatuh sebutir bijipun di kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata. Dan Allah Ta’ala berfirman “ Sesungguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang hari kiamat dan Dia menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim…” sampai akhir surat. Perkara ghaib dan yang semisalnya merupakan kekhususan bagi Allah dalam pengilmuanNya, tidak ada yang mengetahuinya baik itu malaikat yang terdekat atau nabi yang diutus.” (Taisirul Karimir Rahman Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam ayat ini)

    Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir
     bersambung..

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.