Dalam pendaran warna bercengkrama asa mengambang
Semua menjadi riuh walau tak tampak ricuh yang mengekang
Dari embun yang mulai sirna hingga kembali mengembang
Lupakan waktu saat berjibaku demi impian yang terkembang
Terkadang semua dalam pembatasan yang begitu tipis
Rentan, samar dan dibuat tidak menjadi terlalu jelas
Dalam makna tersirat dan tersurat yang membekas miris
Dulu sangat disakralkan tapi sekarang berubah hanya sebatas mitos
Kehidupan yang menjerat dalam ketabuan metropolis yang narsis
Kota kecil dan besar hanya sebatas nama
Gaya dan trend tak akan mau kalah walau sedikit memaksa
Dalam anggun rengkuhan yang liar mengincar
Hingga tanpa sadar dapat dengan cepat menular
Kepulan asap tembakau yang mengudara
Tak akan memberi jawab atau pun akan bertanya
Ketika dengus nafas memburu bercumbu membara
Melupakan tentang asa hanya rasa puas itu yang utama
Walau dengan cara mengukurnya dengan jumlah rupiah
Liuk lidah dalam gelora yang memang tak bertulangTanpa sedari membuat terhenyak dan mengangkang
Entah itu kebutuhan dasar atau kewajiban
Semua merajut dalam nafsu kesemuan
Kubangan itu menjerat dengan erat
Tanpa banyak bicara mengikat tanpa isyarat
Hingga semua jalan ditempuhi dalam manisnya kata berbisa berseteru
Dan maya nyata merona pada sebingkai cermin retak berdebu
Hei lihat siapakah disana...
Itu aku atau engkau atau malah kita semua
Yang mengulum manis mahkota keperkasaan fatamorgana
Yang menitikkan pada sentuhan sensual yang binal tanpa keluh
Tapi mengapa mereka datang, berkencan dan akhirnya kalah...
0 komentar:
Posting Komentar
koment :