Tingkah laku kemarahan anak Anda yang  masih kecil tidak kunjung berhenti juga hari itu. Terdengar jeritan  tingginya begitu memekakkan telinga. Dan banyak barang telah menjadi  sasaran kemarahannya. Semua tindakan orangtua jadi salah. Secara  naluriah, Anda ingin pergi meninggalkan situasi seperti ini bukan??  Namun ini bukanlah pilihan bijaksana. Pastilah ada solusi pemecahannya. 
Hiruk-pikuk si kecil yang sedang  berteriak dan menendang ini dapat membuat kita, para orangtua, frustasi.  Bagaimana menghadapi situasi ini? Alih-alih melihat kemarahan sebagai  suatu bencana, mari kita coba melihat kemarahan sebagai kesempatan untuk  belajar.
Kenapa Emosi  Anak-anak Bisa  Meledak?
Ada berbagai perilaku ledakan emosi,  mulai dari menangis dan melolong hingga menjerit, menendang, memukul,  maupun menahan nafas kuat-kuat. Ledakan emosi biasanya terjadi dari usia  1 hingga 3 tahun, baik anak laki maupun perempuan. Temperamen anak-anak  berubah secara dramatis, jadi beberapa anak mungkin mengalami ledakan  emosi secara berkala, sedangkan yang lain mungkin hanya jarang-jarang  saja.
Bahkan anak kecil yang baik sekalipun  terkadang bisa mengalami ledakan emosi yang sangat kuat. Ini adalah  bagian pengembangan diri yang normal dan tidaklah perlu dipandang  sebagai sesuatu yang negatif. Perlu disadari bahwa anak-anak belum  memiliki kemampuan kontrol diri seperti orang dewasa.
Bayangkan bagaimana rasanya saat Anda  butuh untuk mengoperasikan sebuah DVD Player dan tidak bisa  melakukannya, tidak peduli betapa kerasnya Anda mencoba. Hal ini  disebabkan karena Anda tidak mengerti cara melakukannya. Sangatlah  membuat frustasi, bukan? Beberapa dari kita mungkin mengomel,  melemparkan buku petunjuk pengoperasian, membanting pintu dan lain  sebagainya. Itu adalah luapan emosi versi orang dewasa. Nah anak-anak  juga mencoba menguasai dunia mereka, dan di saat mereka tidak bisa  melakukan sesuatu, sering kali mereka menggunakan satu cara untuk  melampiaskan kejengkelan mereka, yaitu meluapkan emosinya.
Beberapa penyebab dasar dari ledakan  emosi yang sering dikenali adalah kebutuhan akan perhatian, lelah,  lapar, ataupun perasaan tidak nyaman. Sebagai tambahan, ledakan emosi  ini adalah akibat frustasinya si anak karena mereka tidak bisa  mendapatkan sesuatu (misalnya suatu benda ataupun perhatian orangtuanya)  untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Frustasi merupakan suatu  bagian dari hidup mereka yang tidak bisa dihindarkan sembari mereka  mempelajari bagaimana manusia, benda, dan tubuh mereka bekerja.
Ledakan emosi juga umum dialami saat  usia 2 tahun, saat di mana anak-anak belajar menguasai bahasa. Mereka  mengerti akan sesuatu namun susah untuk mengatakannya karena  keterbatasan bahasa. Bayangkan bila kita tidak bisa mengkomunikasikan  kebutuhan kita kepada seseorang; ini adalah pengalaman buruk yang bisa  memicu emosi. Dengan meningkatnya kemampuan berkomunikasi, ledakan emosi  ini cenderung menurun.
Penyebab lain dari ledakan emosi terjadi  saat anak harus melewati suatu masa dimana kebutuhan akan otonomi  meningkat. Di masa ini mereka ingin mendapatkan suatu kebebasan dan  pengendalian. Sebenarnya hal ini adalah kondisi yang bagus untuk memupuk  semangat berjuang, di mana seringkali anak berpikir “aku bisa  mengerjakannya sendiri” atau “aku mau itu, berikan itu padaku”. Nah,  saat mereka merasa bahwa mereka tidak bisa mengerjakan atau tidak bisa  memperoleh apa yang mereka inginkan, maka ledakan emosi bisa terpicu.
Menghindari Ledakan Emosi  Kemarahan
Cara terbaik untuk mengatasi ledakan  emosi adalah dengan menghindarinya bilamana memungkinkan. Berikut ini  adalah strategi yang bisa membantu:
- Pastikan anak Anda tidak bersandiwara hanya karena dia tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Bagi seorang anak, perhatian negatif (reaksi orangtua terhadap ledakan emosi kemarahannya) adalah lebih baik ketimbang tidak ada perhatian sama sekali. Cobalah untuk membiasakan diri mengenali perilaku baik sang anak dan memberikan penghargaan atas perilaku baiknya.
- Cobalah memberi anak-anak tersebut suatu kontrol atas hal-hal kecil yang mereka sanggup lakukan. Hal ini akan memenuhi kebutuhan mereka akan kebebasan dan mengurangi ledakan emosi kemarahan secara drastis. Tawarkan pilihan kecil seperti “Apakah kamu mau jus jeruk atau jus apel?” atau “Apakah kamu mau menggosok gigi sebelum atau setelah mandi?”. Dengan cara ini, Anda tidak bertanya “Apakah kamu mau menggosok gigi sekarang?” yang tanpa bisa dihindari akan dijawab oleh sang anak dengan “Tidak”.
- Simpan dengan baik benda-benda berbahaya agar di luar jangkauan anak-anak, jauhkan dari pandangan mata ataupun jangkauan tangan mereka; sehingga mereka tidak perlu berjuang begitu keras untuk mendapatkan benda-benda tersebut. Tentu saja hal ini tidaklah mungkin bisa dilakukan setiap waktu, khususnya di luar rumah di mana lingkungan tersebut tidaklah bisa dikendalikan.
- Alihkan perhatian sang anak. Manfaatkan rentang perhatian anak yang pendek dengan menawarkan barang pengganti ataupun memulai aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas yang berpotensi membuat frustasi ataupun yang dilarang. Atau bisa juga dengan mengganti suasana dengan membawa mereka ke ruang lain.
- Tatkala anak-anak bermain atau berusaha menguasai suatu tugas baru, aturlah agar mereka bisa mengalami keberhasilan setahap demi setahap. Berikan mainan yang sesuai dengan umurnya. Juga mulailah dengan sesuatu yang sederhana dan mudah sebelum melanjutkannya dengan tugas yang lebih menantang.
- Pertimbangkan permintaan anak dengan seksama. Apakah permintaan ini terlalu berlebihan atau tidak? Pertimbangkan dengan baik, penuhi permintaan tersebut bilamana tidak berlebihan.
- Ketahui limit/batasan anak Anda. Jika Anda tahu anak sedang lelah, maka tidaklah tepat untuk mengajaknya berbelanja ataupun memintanya melakukan satu tugas lagi.
Jika anak masih mengulangi aktivitas  yang dilarang padahal membahayakan, peganglah sang anak dengan kuat  untuk beberapa menit. Tatap matanya dan katakan Anda tidak mengijinkan  tindakannya. Tetaplah konsisten. Anak-anak harus mengerti bahwa Anda  serius untuk masalah yang berkaitan dengan keamanan. 
Taktik Menghadapi Ledakan Emosi  Kemarahan
Hal terpenting yang harus diingat  tatkala berhadapan dengan seorang anak yang sedang marah, tidak peduli  apa sebabnya, adalah tetap bersikap tenang. Jangan memperparah keadaan  dengan rasa frustasi Anda. Anak-anak bisa merasakan saat orangtua mereka  menjadi frustasi. Hal ini bisa membuat frustasi mereka menjadi lebih  parah. Tarik nafas dalam-dalam dan cobalah untuk berpikir lebih jernih.  Anak Anda meniru teladan Anda. Memukul anak tidaklah membantu dalam  situasi seperti ini; karena anak akan menangkap pesan bahwa kita bisa  menyelesaikan masalah dengan pukulan. Milikilah kontrol diri yang cukup.
Pertama, coba pahami apa yang sedang  terjadi. Ledakan emosi kemarahan harus ditangani secara tersendiri  tergantung dari penyebabnya. Cobalah untuk mengerti penyebabnya.  Misalnya ketika anak Anda sedang mengalami kekecewaan besar, Anda perlu  berempati dengannya sebelum mengarahkan tindakan dan sikap selanjutnya.
Situasinya akan berbeda saat menghadapi  ledakan emosi dari seorang anak yang mengalami penolakan. Sadarilah  bahwa anak kecil belum memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu alasan  dengan baik, sehingga Anda mungkin tidak menerima penjelasan yang  memuaskan. Mengabaikan ledakan amarah mereka adalah satu cara untuk  menangani hal ini dengan catatan ledakan emosi ini tidak membahayakan  anak Anda ataupun orang lain. Lanjutkan saja aktivitas Anda setelah  memberikan perhatian sesaat, biarkan ia berkutat sendiri dengan  perasaannya namun masih dalam jarak pandangan Anda. Jangan tinggalkan  anak kecil Anda sendirian, bila tidak, dia akan merasa ditinggalkan  dengan emosi yang masih belum terkontrol. Ingat cara ini tidak selalu  berhasil namun untuk kasus ringan bisa jadi sangat membantu.
Nah ceritanya akan sangat berbeda jika  anak-anak yang sedang marah tersebut berada dalam bahaya karena  menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Sebaiknya anak ini dibawa ke  tempat yang tenang dan aman untuk ditenangkan. Hal ini juga berlaku  untuk ledakan emosi yang terjadi di tempat umum.
Anak-anak yang lebih besar cenderung  memanfaatkan ledakan emosi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.  Apalagi jika mereka telah mengetahui taktik ini berhasil sebelumnya.  Jika anak-anak tersebut telah bersekolah, adalah pantas untuk meminta  mereka ke kamar mereka untuk menenangkan diri dan memikirkan  perilakunya. Ketimbang menggunakan batasan waktu tertentu, orangtua bisa  meminta mereka tetap berada di kamar hingga mereka telah bisa  mengendalikan diri. Ini adalah pilihan untuk penguasaan di mana anak  belajar untuk mengendalikan diri dengan tindakan mereka.
Setelah Badai Kemarahan
Terkadang seorang anak mengalami  kesulitan menghentikan kemarahannya. Dalam kasus ini, kita bisa bantu  mereka dengan berkata “Saya akan membantu menenangkanmu sekarang”. Tapi  jangan beri penghargaan kepada anak Anda setelah kemarahannya dengan  mengalah. Hal ini hanya akan membuktikan kepada anak Anda bahwa ledakan  emosi adalah efektif untuk memaksakan kehendaknya. Sebagai gantinya,  puji anak Anda atas keberhasilannya mengendalikan diri.
Setelah kemarahan, anak juga menjadi  peka ketika mereka mengetahui bahwa mereka tidak lagi berlaku manis. Nah  inilah saat yang tepat untuk memeluk mereka dan meyakinkan bahwa mereka  tetap dicintai tanpa syarat.
Dari berbagai sumber .. 

0 komentar:
Posting Komentar
koment :