Sikap seorang pengusaha sukses

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • “Sebaik-baik usaha adalah usaha orang-orang yang berniaga (pengusaha atau entrepreneur) yang jika berbicara tidak dusta, jika di beri amanat tidak khianat, jika berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela (barang yang akan dibelinya), jika menjual tidak memuji-muji (barang yang akan di jualnya), jika berhutang tidak akan menunda-nunda pembayarannya dan jika berpiutang tidak mempersulit (orang yang berhutang).” (HR. Baihaqi)

    Hadist di atas di ucapkan 15 abad yang lalu oleh seorang hamba Allah yang kutipannya selalu dibutuhkan oleh seluruh manusia yang ada di dunia ini. Dialah manusia yang perlu kita teladani dalam seluruh aspek kehidupannya, baik spiritualnya, pemerintahannya, dalam memimpin keluarga, dalam usaha atau bisnisnya, dlsb.

    Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam melalui hadist di atas mengajarkan kita tentang profesi usaha yang paling baik yang perlu diterapkan pada dunia bisnis. Disana akan kita temui nilai-nilai kejujuran dan apa adanya, tidak mengada-ngada, apalagi memuji-muji bahkan menipu. Apakah dunia bisnis saat ini sudah tertanam nilai-nilai luhur, yang notabene mayoritas bangsa kita adalah masyarakat Islam.

    Umat islam diharapkan menjadi pengusaha dan orang yang berusaha. Jangan kita menjadi buruh atau kuli di negaranya sendiri. Dimana martabat bangsa ini apabila semua aspek bisnis dikuasai oleh bangsa asing. Mungkin kita harus berkaca pada cermin diri, sudahkah kita bersyukur? Sudahkah kita bersemangat atau mempunyai motivasi tinggi? Dan sudahkah kita punya keahlian? Jangan-jangan kita hanya omdo alias omong doang. Dimana banyak pemimpin perusahaan yang hanya bisa bicara, bahkan mungkin menjajah bangsanya sendiri.

    Sesungguhnya Islam itu mulia, sehingga ada sabda Nabi Muhammad Sallahu alaihi wasallam “Al-yadul ‘ulya, khairun min yadissufla”, seorang pemberi (tangan di atas) lebih baik atau mulia dibanding peminta-minta (tangan di bawah). Untuk itu ummat Islam harus kaya. Bukankah ibadah memerlukan biaya atau harta. Bagaimana sholat mau khusyu atau sempurna, jika celana atau sarung yang kita pakai sobek disana sini. Bagaimana mau sholat dengan benar, jika perut kita lapar atau anak kita merengek-rengek. Bagaimana mau pergi haji, jika kita tidak dapat membayar ongkos naik haji. Jadi semua memerlukan harta atau uang. Kadang kalau kita lihat pada umumnya ummat Islam jika akan membangun sarana ibadah saja harus mengemis ke sana-sini, memasang “minta sumbangan” di tengah jalan yang jelas-jelas akan menggangu lalu lintas, mengemis door to door, di terminal, diperempatan, dll. Untuk itu Islam mengajarkan kaya tapi bertaqwa. Lihat Rasulullah, lihat Nabi Ayyub, Nabi Sulaiman, Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf alaihimussolatu wassalam.

    Rasulullah Salallahu alaihi wasallam bersabda “Uang itu hijau dan lezat (seperti buah yang masak), maka bagi siapa yang mengambilnya dengan benar, niscaya ia menjadi pertolongan besar baginya” (HR. Muslin dan Tirmidzi)
    Makanya ada istilah “kalau sudah melihat uang matanya hijau”, memang uang kadang membutakan mata kita.

     Mari kita berusaha...!!

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.