Menjadi orangtua adalah suatu profesi yang sangat mulia. Namun  sebagian besar dari kita tidak mengerti harus bagaimana  mempersiapkannya. Ketika kita mempersiapkan pernikahan maka kita sibuk  memikirkan acara pestanya. Kita sibuk memikirkan siapa yang akan  diundang, gaun apa yang akan dikenakan pengantin wanita, makanan seperti  apa yang akan dihidangkan, foto kenangan seperti apa yang akan  dilakukan dan mungkin juga tempat tinggal seperti apa yang akan dihuni. 
Banyak diantara pasangan muda yang menikah tidak mempersiapkan diri  untuk mendidik anaknya. Mereka berpikir bahwa kalau menikah dan punya  anak maka secara alami kita pasti bisa mendidiknya. Tidak perlu belajar.  Tetapi setelah anaknya bermasalah barulah mereka sadar telah membuang  waktu untuk belajar. Itupun untung jika masih sadar. Banyak yang tidak  menyadarinya sampai tua.
Kebanyakan orangtua sekarang lebih mampu mengelola  anaknya ketimbang mengasuh atau mendidiknya. Mengelola  adalah kegiatan yang dilakukan dengan pikiran logis. Contohnya  menyelesaikan pekerjaan rumah, mengikutkan anak les musik / balet /  pelajaran, mengingatkan anak untuk makan, mandi dan tidur. Intinya  tentang bagaimana membantu mereka melakukan apa yang ingin mereka  lakukan dan menjadi apapun yang mereka inginkan yang sesuai dengan  keinginan kita. Kita memperlakukan anak-anak seperti karyawan di kantor  yang perlu dikontrol dan diawasi dengan seperangkat aturan.
Apakah dengan cara mengelola seperti itu sudah layak dan cukup  disebut mengasuh dan mendidik? Pengasuhan merupakan kegiatan yang kita  lakukan dengan pikiran dan juga perasaan. Hal tersebut meliputi memberi  pelukan yang cukup banyak, memberi pujian dan menyemangati ketika  anak-anak tertekan, memberikan kehangatan untuk menentramkan mereka dan  memberikan mereka waktu berkualitas. Selain itu yang tak kalah  pentingnya adalah mengetahui siapa mereka dan membantunya menjadi  seperti apa yang ada dalam dirinya. Bukan menjadikan  mereka seperti apa yang kita inginkan.
Analogi yang paling buruk tentang pengasuhan anak adalah yang  mengibaratkan anak seperti gumpalan tanah liat dan orangtua adalah  pematungnya. Hal ini menggambarkan bahwa anak berada dalam pihak yang  pasif dan tak berdaya sama sekali. Anak diposisikan tidak memberikan  kontribusi dalam proses tumbuh kembangnya. Hal ini pada akhirnya gagal  dan sangat merugikan perkembangan anak itu sendiri.
Analogi yang lebih baik adalah analogi bibit tanaman. Pohon kecil  yang ditanam di taman semuanya mirip. Tapi ternyata mereka semua  berbeda. Ada pohon pinus, pohon apel dan pohon mangga. Kita tidak  membentuk mereka melainkan merawatnya sesuai dengan karakteristik yang  telah ada.
Kita perlu mencari tahu pohon jenis apa. Setelah itu mempelajari apa  yang mereka perlukan dan menyediakan apa yang diperlukan tersebut.  Mungkin pupuk yang sesuai dan pasokan air yang memadai sesuai dengan  semua sifatnya agar mencapai pertumbuhan optimal.
Dalam hal ini mengelola, membentuk, mengarahkan dan mengajari  mendapatkan porsi. Mengasuh dan mendidik adalah selubung yang melingkupi  semua hal tersebut. Mengasuh dan mendidik memerlukan kecakapan untuk  menentukan kapan saat terbaik untuk mengelola, membentuk, mengarahkan  dan mengajari anak sehingga dengan begitu si anak bisa menemukan  memunculkan potensi dan karakteristik terbaik yang telah ada dalam  dirinya.
Bagaimana dengan Anda? Apakah selama ini Anda lebih banyak mengelola  atau mengasuh? Masih ada waktu untuk mengubah diri dan mempelajari  banyak hal untuk membantu anak kita mengembangkan potensi terbaik  dirinya. Segeralah ambil tindakan.
dari berbagai berbagai sumber. 

0 komentar:
Posting Komentar
koment :