 Masjidil  Aqsho adalah milik seluruh kaum muslimin secara historis; letaknya di  Palestina. Dia juga biasa disebut dengan “Masjid Baitul Maqdis“,  atau “Masjid Iliya“. Palestina dahulu pernah dihuni oleh dua  suku Arab : suku Finiqiyyun, dan Kan’aniyyun, lalu setelah itu  orang-orang Yahudi datang ke Palestina saat lari dari kejaran Fir’aun.
Masjidil  Aqsho adalah milik seluruh kaum muslimin secara historis; letaknya di  Palestina. Dia juga biasa disebut dengan “Masjid Baitul Maqdis“,  atau “Masjid Iliya“. Palestina dahulu pernah dihuni oleh dua  suku Arab : suku Finiqiyyun, dan Kan’aniyyun, lalu setelah itu  orang-orang Yahudi datang ke Palestina saat lari dari kejaran Fir’aun.Terakhir, Palestina dikuasai oleh khilafah Islamiyyah di zaman khilafah Umar bin Al-Khoththob radhiyallahu ‘anhu sampai zaman kita. Kemudian berusaha dikuasai secara zholim oleh orang-orang Yahudi dari berbagai negara, sebab mereka dahulu berpencar.
Masjidil Aqsho yang  merupakan milik kaum muslimin adalah masjid yang memiliki keutamaan yang  banyak. Karenanya, kita perlu mengetahui keutamaan-keutamaan itu  sehingga kita bisa meraih keutamaan yang terdapat di dalamnya, dan tetap  berjuang meraihnya dari tangan Zionis Yahudi. Diantara keutamaan  Masjidil Aqsho:
1.Masjid Kedua di Dunia
Masjidil Aqsho adalah  masjid kedua yang dibangun setelah Ka’bah (Masjidil Haram) sebagaimana  yang disebutkan dalam sebagian hadits-hadits shohih dari Nabi  -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Abu Dzar -radhiyallahu  ‘anhu- berkata,
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ  أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي اْلأَرْضِ أَوَّلَ ؟ قَالَ : اَلْمَسْجِدُ  الْحَرَامُ. قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ: اَلْمَسْجِدُ اْلأَقْصَى.  قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا ؟ قَالَ:أَرْبَعُوْنَ سَنَةً, ثُمَّ  أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلاَةُ بَعْدُ, فَصَلِّهْ, فَإِنَّ الْفَضْلَ  فِيْهِ
“Aku berkata, “Wahai  Rasulullah, masjid apakah yang pertama kali dibangun di bumi?” Beliau  bersabda, “Masjidil Haram“.  Dia (Abu Dzar) berkata, “Aku katakan, “Lalu setelah itu?” Beliau  bersabda, “Masjidil Aqsho“.  Aku katakan, “Berapa jarak waktu antara (pembangunan) keduanya”. Beliau  besabda, “Jarak antara kedua  adalah 40 tahun. Kemudian dimanapun kau didapati waktu sholat  setelah itu, maka sholatlah (disitu), karena keutamaan ada padanya  (yakni, sholat di awal waktu)“. [HR. Al-Bukhoriy (3366 & 3425),  Muslim (520) An-Nasa’iy (690), dan Ibnu Majah (753)]
2.Keutamaan Sholat di  Masjidil Aqsho
Diantara keutamaan Masjidil  Aqsho, Allah akan mengampuni dosa orang yang shalat di dalamnya, sedang  tak ada yang mendorongnya ke Masjidil Aqsho, selain ia mau sholat di  dalamnya. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ  دَاوُدَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ  سَأَلَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلاَلاً ثَلاَثَةً سَأَلَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ  حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوْتِيَهُ وَسَأَلَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ  مُلْكًا لاَ يَنْبَغِيْ لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوْتِيَهُ وَسَأَلَ اللهَ  عَزَّ وَجَلَّ حِيْنَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لاَ  يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ فِيْهِ أَنْ  يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كِيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Sesungguhnya Sulaiman  bin Dawud -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, tatkala ingin membangun  (memugar) Masjid Baitul Masjid, maka ia meminta kepada Allah -Azza wa  Jalla- tentang tiga hal: Dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- hukum  (keputusan) yang mencocoki hukum-Nya, lalu ia pun diberi; dia meminta  kepada Allah -Azza wa Jalla- suatu kekuasaan yang tak pantas bagi  seorangpun setelah Sulaiman, lalu ia pun diberi; Dia meminta kepada  Allah -Azza wa Jalla- setelah usai memugar Masjidil Aqsho agar tak ada  seorang pun yang datang, sedang tak ada yang mendorongnya (untuk  datang), selain sholat di dalamnya agar orang itu dikeluarkan dari  kesalahan (dosa)nya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya“. [HR.  An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (693), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1408).  Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy dalam  Ats-Tsamr Al-Mustathob (1/545)]
Jadi, sholat di masjidil  Aqsho akan menjadi sebab Allah mengampuni dosa seorang hamba. Ini adalah  keutamaan besar yang Allah berikan kepada orang melaksanakan sholat di  Masjidil Aqsho
Perbandingan kebaikan  sholat di Masjid Nabawi dengan sholat di Masjid Baitul Maqdis, empat  banding satu. Maksudnya jika sholat di masjid Nabawi satu kali, lalu  seorang akan mendapatkan pahala 1000 sholat atau lebih baik lagi, maka  sholat di Masjidil Aqsho, seorang akan mendapatkan 250 pahala
Abu Dzar -radhiyallahu  ‘anhu- berkata,
تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ  عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَيُّهُمَا  أَفْضَلُ, مَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أو  مَسْجِدُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : صلاة في مَسْجِدِيْ هذا أَفْضَلُ مِنْ أَرْبَعِ  صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَ لَنِعْمَ الْمُصَلَّى وَ لَيُوُشِكَنَّ أَنْ لاَ  يَكُوْنَ لِلَّرَجُلِ مِثْلُ شَطَنِ فَرَسِهِ مِنَ اْلأَرْضِ حَيْثُ يُرَى  مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعًا أَوْ  قَالَ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا .
“Kami pernah  berbincang-bincang, sedang kami di sisi Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi  wa sallam-, “Manakah yang lebih afdhol (utama), apakah Masjid Rasulullah  -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ataukah Masjid Baitul Maqdis?” Maka  Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sholat di masjidku  ini lebih afdhol dibandingkan empat kali sholat di dalamnya (di dalam  Masjidil Aqsho). Dia adalah sebaik-baik tempat sholat. Hampir-hampir  seorang tidak memiliki tanah senilai tali kuda, dimana akan  diperlihatkan Baitul Maqdis baginya dari tempat itu. Itu (tanah sekecil  itu) adalah lebih baik baginya dibandingkan dunia seluruhnya”. –atau  beliau bersabda-, “lebih baik dibandingkan dunia, dan sesuatu yang ada  di dalamnya“. [HR. Ibrohim bin Thohman Al-Khurosaniy dalam  Masyikhoh-nya (hal.119), Ath-Thobroniy dalam Al-Ausath (6983 &  8230), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (8553), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul  Iman (4145), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam  Ash-Shohihah (7/955)]
Syaikh Hisyam Al-Arif  Al-Maqdisiy-hafizhahullah- berkata, “Hadits ini seshohih-shohihnya  sesuatu yang datang tentang pahala sholat di Masjidil Aqsho. Hadits ini  menunjukkan bahwa sholat di Masjid Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-  (Masjid Nabawi) seperti empat kali sholat di Masjidil Aqsho, yakni sholat di Masjidil Aqsho seperti  250 kali sholat dalam hal pahala“. [Lihat Majalah Al-Asholah  (Edisi 30/15 Syawwal 1421 H)]
3.Tempat Mencari Pahala dan  Keutamaan
Di dalam Islam, Seorang  tidak diperkenankan melakukan safar untuk mengunjungi suatu tempat dalam  rangka beribadah, mencari pahala, dan keutamaan pada suatu tempat,  kecuali menuju ke tiga masjid yang disebutkan oleh Nabi -Shallallahu  ‘alaihi wa sallam- dalam sabdanya,
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ  إِلاَّ إِلىَ ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وِمَسْجِدِ  الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ومَسْجِدِ اْلأَقْصَى
“Tidak boleh bersafar,  kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasul -Shollallahu  ‘alaihi wasallam- (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsho“. [HR.  Al-Bukhoriy (1189), dan Muslim (1397)]
Jadi, bersafar dalam rangka  beribadah, mencari pahala, dan keutamaan, tidak boleh dilakukan pada  selain tiga tempat itu. Dari sini, kita tahu kesalahan sebagian kaum  muslimin yang melakukan safar untuk mengunjungi kubur orang yang  dianggap wali atau orang sholeh, seperti yang dilakukan oleh orang-orang  jahil di Jawa; mereka melakukan “Tour Keliling Wali Songo“.  Kekeliruan seperti ini juga mulai menjangkit ke Sulsel dengan adanya  sebagian orang-orang diantara mereka yang melakukan safar dari tempat  lain menuju kubur Syaikh Yusuf, Gowa. Ini jelas adalah kesalahan yang  menyalahi petunjuk Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam hadits ini  !!!
4.I’tikaf yang Paling Utama
I’tikaf yang paling utama  dilakukan oleh seseorang, i’tikaf di salah satu dari tiga masjid itu (Masjidil  Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsho), walaupun harus  bersafar. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
لاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِيْ  هَذِهِ الْمَسَاجِدِ الثَّلاِثَةِ : مَسْجِدِ الْمَدِيْنَةِ وَمَسْجِدِ  مَكَّةَ وَمَسْجِدِ إِيْلِيَا
“Tak ada i’tikaf (yang  sempurna, pent-), kecuali di tiga masjid: Masjid Madinah (Masjid  Nabawi), Masjid Makkah (Masjidil Haram), dan Masjid Iliya (Masjidil  Aqsho)“. [HR. Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (8357), Ath-Thobroniy  dalam dalam Al-Kabir (9511), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh  Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- dalam Ash-Shohihah (2786)]
5.Pembangunan Baitul Maqdis
Allah -Ta’ala- telah  menetapkan ajal bagi semua makhluk-Nya; ada yang jaya, dan ada yang  binasa. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda  menceritakan silsilah kejadian akhir zaman,
عِمْرَانُ بَيْتِ  الْمَقْدِسِ خَرَابُ يَثْرِبَ, وَخَرَابُ يَثْرِبَ خُرُوْجُ الْمَلْحَمَةِ,  وَخُرُوْجُ الْمَلْحَمَةِ فَتْحُ قَسْطَنْطِيْنِيَّةَ, وفَتْحُ  قَسْطَنْطِيْنِيَّةَ خُرُوْجُ الدَّجَّالِ
“Pembangunan Baitul  Maqdis adalah (waktu) hancurnya kota Madinah. Hancurnya kota Madinah  adalah (waktu) munculnya perang besar. Munculnya perang besar adalah  (waktu) direbutnya Qostantiniyah (kerajaan Romawi). Direbutnya  Qostantiniyah (kerajaan Romawi) adalah (waktu) keluarnya Dajjal“.  [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4294), Ahmad dalam Musnad-nya (22076  & 22174), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (8297), Ath-Thobroniy dalam  Al-Kabir (214), dan lainnya. Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy  dalam Takhrij Al-Misykah (5424)]
Al-Allamah Syamsul Haq  Al-Azhim Abadi-rahimahullah- berkata dalam menegaskan makna hadits ini, “Pendapat  yang paling benar, Yang dimaksud dengan pembangunan Baitul Maqdis  adalah kesempurnaan dalam hal pembangunan, yaitu pembangunan baitul  Maqdis secara sempurna lagi melebihi batas, saat hancurnya kota Madinah,  karena Baitul Maqdis tak akan hancur“. [Lihat Aunul Ma’bud  (11/270)]
6.Masjidil Aqsho tak akan  Dimasuki Dajjal
Allah -Ta’ala- telah  memberikan keutamaan kepada Masjidil Aqsho sebagaimana Makkah, Madinah,  serta Thur; Dajjal tak akan masuk ke tempat-tempat ini sebagaimana yang  dikabarkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Mujahid -rahimahullah-  berkata,
كُنَّا سِتَّ سِنِيْنَ  عَلَيْنَا جُنَادَةُ بْنُ أَبِيْ أُمَيَّةَ, فَقَامَ فَخَطَبَنَا فَقَالَ:  أَتَيْنَا رَجُلاً مِنْ اْلأِنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى  اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ فَقُلْنَا: حَدِّثْنَا  مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَلاَ  تُحَدِّثْنَا مَا سَمِعْتَ مِنْ النَّاسِ. فَشَدَدْنَا عَلَيْهِ فَقَالَ:  قَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْنَا فَقَالَ:  أَنْذَرْتُكُمُ الْمَسِيْحَ وَهُوَ مَمْسُوْحُ الْعَيْنَ –قَالَ:  أَحْسَبُهُ قَالَ: اَلْيُسْرَى- يَسِيْرُ مَعَهُ جِبَالُ الْخُبْزِ  وَأَنْهَارُ الْمَاءِ, عَلاَمَتُهُ: يَمْكُثُ فِي اْلأَرْضِ أَرْبَعِيْنَ  صَبَاحًا. يَبْلُغُ سُلْطَانُهُ كُلَّ مَنْهَلٍ لاَ يَأْتِيْ أَرْبَعَةَ  مَسَاجِدَ : اَلْكَعْبَةَ وَمَسْجِدِ الرَّسُوْلِ و الْمَسْجِدَ اْلأَقْصَى  والطورَ. وَمَهْمَا كَانَ مِنْ ذَلِكَ فَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ عَزَّ  وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ –وَقَالَ ابْنُ عَوْنٍ: وَأَحْسَبُهُ قَدْ  قَالَ:-يُسَلَّطُ عَلَى رَجُلٍ فَيَقْتُلُهُ, ثُمَّ يُحْيِيْهِ وَلاَ  يُسَلَّطُ عَلَى غَيْرِهِ
“Selama enam tahun,  kami di bawah pimpinan Junadah bin Abi Umayyah. Dia pernah berdiri  memberikan khutbah kepada kami seraya berkata, “Kami pernah mendatangi  seorang Anshor (Ubadah bin Ash-Shomit, pent.) dari kalangan sahabat  Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Kami pun masuk menemuinya  seraya berkata, “Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang pernah Anda  dengar dari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, jangan Anda  ceritakan kepada kami sesuatu yang kau dengarkan dari orang-orang”, lalu  kamipun mendesaknya. Maka dia (Ubadah bin Ash-Shomith) berkata,  “Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berdiri di depan kami  seraya bersabda, “Aku ingatkan kalian (bahaya) Al-Masih (yakni,  Dajjal). Dia adalah seorang yang buta sebelah (picok) matanya –Rowi  berkata, “Aku yakin ia bersabda,”yang kiri”–. Akan berjalan bersamanya  gunung-gunung roti, dan sungai air. Tandanya, ia akan tinggal di bumi  selama 40 hari. Kekuasaannya akan mencapai semua tempat minum (telaga).  Dia tak akan mendatangi empat masjid: Masjid Ka’bah, Masjid Rasul,  Masjidil Aqsho, dan Thur (Thursina’). Apapun yang terjadi, ketahuilah  bahwa Allah -Azza wa Jalla- tidaklah buta sebelah. –Ibnu Aun (rawi)  berkata,”Aku yakin ia bersabda,– ditundukkan baginya seorang laki-laki;  Dajjal pun membunuhnya, lalu ia hidupkan, dan tidak ditundukkan  selainnya“. [HR. Ahmad (5/364). Di-shohih-kan oleh Al-Arna’uth  dalam Takhrij Al-Musnad (23139)]
Inilah beberapa  keutamaan Masjidil Aqsho, hak milik kaum muslimin. Hak milik ini  telah dirampas oleh tangan diktator Zionis Yahudi dari kaum muslimin  dengan menginjak-injak, dan menghinakan hak asasi kaum muslimin di  Palestina, bahkan kaum muslimin seluruh dunia. Namun anehnya, kali ini  para pejuang hak asasi manusia, terbungkam dan diam seribu bahasa. Mana  hak asasi manusia bagi kaum muslimin di Palestina dan seluruh dunia??!!  Semoga Allah memberikan jalan kepada kaum muslimin untuk merebut kembali  Masjidil Aqsho dari tangan orang-orang Yahudi yang zholim lagi  terlaknat agar ibadah kita kepada Allah semakin sempurna dengan meraih  segudang pahala dan ampunan di Masjidil Aqsho.
Dikutip  dari http://almakassari.com, Penulis: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah  Judul: Fadhilah Masjidil Aqsho
0 komentar:
Posting Komentar
koment :