Hukum sholat di masjid yang di sekitarnya ada kuburanya

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • pertanyaan : Apa hukum sholat di masjid yang di depan masjid ada kuburannya?
    Jawab: Amma ba'du: Sholat di masjid yang di depannya ada kuburan yang berada diluar tembok (masjid) maka sholatnya sah.
    Karena sesungguhnya larangan yang ada adalah sholat di masjid yang di dalamnya ada kuburan. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa'id al Khudri radhiyallohu 'anhu dari Nabi sholallohu 'alaihi wa alihi wa salam bahwasannya beliau bersabda: "Seluruh muka bumi adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi/WC".[1]

    Di dalam Shohih Muslim disebutkan hadits Jundub dari Nabi sholallohu 'alaihi wa alihi wa salam, beliau bersabda:

    "Ingatlah, dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum kalian menjadikan kuburan nabi dan orang-orang sholih mereka sebagai masjid. Ingatlah, jangan kalian jadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari hal tersebut (menjadikan kuburan sebagai masjid)".[2]

    Dan hadits bahwasannya Nabi sholallohu 'alaihi wa alihi wa salam bersabda:

    "Janganlah kalian sholat kepada kuburan, dan jangan pula duduk di atas kuburan".[3]

    Hadits ini menunjukkan (larangan) sholat kepada kuburan jika tidak ada batas atau dinding (antara masjid dengan kuburan). Adapun jika terdapat dinding atau pembatas sehingga kuburan tersebut berada di luar masjid maka sholatnya sah, insya Alloh.

    pertanyaan: Apa hukum sholat dibelakang ahlu quburiyyun?

    Jawab:
    Jika imam quburiy tersebut menyakini bahwasannya penghuni kubur mampu memberikan manfaat atau mendatangkan madhorot bersamaan dengan Alloh, atau selain Alloh maka kondisinya adalah musyrik. Maka tidak sah sholat di belakangnya. Adapun jika (hanya) mengusap kuburan atau duduk-duduk di kuburan dan mengatakan bahwasannya penghuni kubur ini mempunyai kedudukan di sisi Alloh serta tidak menyakini bahwa penghuni kubur dapat mendatangkan manfaat dan madhorot, maka ia adalah mubtadi'/ ahlu bid'ah tidak sampai pada derajat syirik. Akan tetapi pada umumnya orang yang duduk di kuburan, beri'tikaf serta mengusap kuburan melakukannya berdasarkan suatu kenyakinan (bahwasannya penghuni kubur dapat mendatangkan manfaat dan menolak madhorot kepadanya-pent). Sebagaimana yang dikatakan Muhammad bin Ismail al Amir dalam kitabnya yang lurus "Tath-hirul I'tiqod" atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya: "Sesungguhnya mereka (orang-orang quburi) menyembelih binatang di sisi kuburan bukan karena kenyakinan tertentu". Beliau berkata: "Apakah mereka datang dari tempat yang jauh untuk kuburan dengan darah, kemudian berkata: '(kami melakukannya) tanpa adanya kenyakinan tertentu'?. Maka tidaklah ia melakukannya kecuali atas dasar kenyakinan".

    Maka jika ia seorang ahlu bid'ah yang kebid'ahannya tidak mencapai derajat kesyirikan maka sebaiknya memilih orang lain untuk mengimami sholat bersama masyarakat, karena Alloh 'Azza wa jala berfirman dalam KitabNya yang Mulia:  (Dan Jadikanlah kami imam orang-orang yang bertakwa)[4] dalam urusan hamba-hambaNya Dzat yang Maha Rohman.

    Dan Imamah/ Keimaman merupakan bentuk pemuliaan. Terkadang orang-orang jahil akan menyangka bahwasannya engkau menyetujui kebid'ahannya, atau menyangka bahwa ia orang yang sholih. Oleh karena itu jika engkau mampu untuk menjauhinya dan sholat atau sholat bersama imam yang sunni maka lakukan. Dan jika engkau tidak mampu maka kami nashihatkan untuk sholat di masjid yang lain di masjid-masjid sunni. Jika engkau (tetap) tidak mampu sedangkan engkau mempunyai kemampuan untuk membangun masjid maka yang utama adalah engkau membangun masjid sehingga engkau mampu melaksanakan sunnah Rasululloh sholallohu 'alaihi wa alihi wa salam.

    Tidak akan tegak sunnah rasululloh sholallohu 'alaihi wa alihi wa salam kecuali dengan tamyiz (memisahkan diri). Maka jika tidak mudah bagimu, yaitu tidak mampu untuk melakukan yang lain dan engkau khawatir akan terjadinya fitnah, sedangkan di sana tidak ada masjid sunnah lainnya, dan engkau tidak mampu membangun masjid maka jika kebid'ahannya tidak sampai pada kekafiran maka sholatnya sah. Karena Nabi sholallohu 'alaihi wa alihi wa salam berkata:

    "Sholatlah kalian (bersama imam), jika ia benar (dalam sholatnya) maka pahalanya untuk kalian dan mereka (imam), dan jika ia salah (dalam sholatnya) maka pahalanya untuk kalian dan dosanya atas mereka (imam)".[5]

    [1] Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah Sunannya (1/246 no 745), Abu Dawud (1/132 no 492) dan ini lafadznya Ibnu Majah. Dalam Sunan Abu Dawud disebutkan dengan lafadz ÇáÃÑÖ ßáåÇ ãÓÌÏ ÅáÇ ÇáÍãÇã æÇáãÞÈÑÉ, yaitu dengan mendahulukan kamar mandi/wc daripada kuburan.
    [2] Diriwayatkan oleh Imam Muslim (532), Suyuthi dalam Jami' Shoghir (2445 dan 2745) dan dishohihkan al Albani dalam Shohih Jami' Shogir
    [3] Diriwayatkan oleh Nasai (2/67 no 760) dan ini lafadznya, Tirmidzi dalam Jami'nya (3/367 no 1050), Abu Dawud (3/217 no 3229), Ibnu Hibban (2320), Baihaqi (Sunan no 4074), ia berkata Muslim meriwayatkannya dalam Shohihnya dari jalan al Hasan bin ar Robi' dari Ibnul Mubarok, Abu Ya'la dalam Musnadnya (3/1514), Ibnu Khuzaimah dakam Shohihnya (no 793), dan Imam Ahmad. Semuanya dengan lafadznya.
    [4] QS. Al Furqoon 74.
    [5] HR. Bukhori (662) tanpa lafadz æáåã, Ahmad, dan Baihaqi dalam Sunannya (5113), Suyuthi dalam Jami' Shogir no 8099 dan dishohihkan al Albani. Akan tetapi dengan lafadz íÕáæä áßã ...(Mereka para imam mengimami sholat kalian...)

    Fatwa ini diambil dari Kitab "Tuhfatul Mujib 'Alaa As-ilah al Hadhir wal Ghorib" karya Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi'i.

    oleh          :     Abu Muslim alKatuniy
    Sumber    :     Tuhfatul Mujib 'Alaa As-ilah al Hadhir wal Ghorib






       
       

       
       

       
       

       
      

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.