 Sejarah sepatu tumit tinggi
Sejarah sepatu tumit tinggi  Perancis memang dianggap sebagai kiblatnya mode. Di sanalah sepatu  tumit tinggi muncul pertama kali, yaitu sekitar abad tujuh belas. Konon  laki-laki dan perempuan dari kalangan aristokrat,  mengenakan sepatu model ini. Tentu saja saat itu tujuannya bukan  mencari gaya baru dalam dunia mode, 
namun sekedar melindungi kaki dan ujung pakaian agar tidak basah saat turun hujan.
Tradisi ini kemudian  berkembang dan menjadi mode di kalangan wanita secara khusus sampai hari  ini.namun sekedar melindungi kaki dan ujung pakaian agar tidak basah saat turun hujan.
Menurut sejarah, pabrik pembuatan sepatu tumit tinggi pertama kali  ada di negara bagian Massachusets Amerika Serikat, kemudian menyebar ke  Inggris, Jerman dan akhirnya ke seluruh dunia. Lucunya, Russia sengaja  mengadakan lomba lari dengan sepatu hak tinggi bagi ibu-ibu, dan  menyaksikan banyaknya cedera yang mereka alami karena jatuh berulang  kali selama perlombaan. [2]
Dalam tinjauan syar’i
 Perlu diketahui, tabarruj menurut syar’i meliputi  memperlihatkan apa yang tidak boleh diperlihatkan, berbusana yang  menyingkap aurat, berikhtilath (campur baur) dengan ajnabi,  bersentuhan dengan mereka lewat jabat tangan, berdesak-desakan, dan  sebagainya, termasuk berlaku genit dalam berjalan dan berbicara di  hadapan mereka.
Berangkat dari sini, menggunakan sepatu tumit tinggi tergolong dalam  tabarruj yang diharamkan. Di samping itu, sepatu tumit tinggi terbukti  menyebabkan berbagai penyakit, padahal diantara misi diturunkannya  syari’at ialah untuk menjaga diri manusia. Allah berfirman yang artinya:  “Dan janganlah kalian mencampakkan diri kalian dalam kebinasaan…”  (Al Baqarah: 195). Syaikh Abdurrahman As Sa’dy menjelaskan bahwa  mencampakkan diri dalam kebinasaan mengandung dua pengertian; pertama:  meninggalkan apa yang diperintahkan, yang dengan meninggalkan perintah  tersebut seseorang jadi celaka baik jasmani maupun ruhaninya. Kedua:  melakukan apa yang mencelakakan jasmani maupun ruhaninya, dan ini  mencakup banyak hal. [3]
Selain itu, memakai sepatu seperti ini akan menimbulkan suara yang  menarik perhatian lawan jenis. Lebih-lebih jika haknya runcing maka  suaranya semakin keras, dan perilaku semacam ini lebih cepat  membangkitkan syahwat lelaki. Allah U berfirman yang artinya: “Dan  janganlah mereka (kaum wanita) menghentakkan kakinya (saat berjalan),  hingga diketahui bahwa mereka menggunakan perhiasan yang tersembunyi…”  (An Nur: 31). Ini menunjukkan bahwa cara berjalan seorang wanita yang  menarik perhatian adalah haram hukumnya.
Apalagi dengan memakai hak tinggi, pinggul wanita yang memakainya  akan menonjol, dan ini juga perbuatan yang haram bila dilakukan dengan  sengaja. Kemudian bila pemakainya berniat agar nampak lebih tinggi, maka  tambah lagi dosanya, yaitu dosa mengelabui orang lain. Dan yang  terakhir, sepatu semacam ini telah menjadi trend wanita-wanita kafir,  dari dahulu hingga sekarang. Nabi e bersabda:
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ قَصِيرَةً  فَاتَّخَذَتْ لَهَا نَعْلَيْنِ مِنْ خَشَبٍ فَكَانَتْ تَمْشِي بَيْنَ  امْرَأَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ تَطَاوَلُ بِهِمَا
“Ada seorang wanita Bani Israel yang bertubuh pendek memakai  sandal dari kayu. Kemudian berjalan diantara dua wanita yang tinggi agar  terlihat tinggi dengan sandal tersebut…” [4].
Berarti, wanita yang memakainya otomatis meniru-niru kebiasaan wanita  kafir alias tasyabbuh, dan ini juga diharamkan. Kesimpulannya,  mengenakan sepatu tumit tinggi hukumnya haram menurut syari’at Islam.
Dalam tinjauan medis
Anggun namun berbahaya 
Dalam memilih sepatu, kaum wanita cenderung menyukai sepatu hak  tinggi. Pasalnya dunia mode telah melemparkan imej bahwa sepatu hak  tinggi memberi kesan yang lebih anggun. Semakin tinggi hak sepatu yang  dikenakan, semakin mengundang decak kagum yang melihat, dan si pemakai  juga merasa penampilannya semakin menarik. Padahal jika dikaji dari sisi  kesehatan, sepatu berhak tinggi justru mengundang banyak masalah.
Salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh sepatu berhak  tinggi adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah  bagian dari penyakit radang sendi atau arthritis. Gejalanya  berupa nyeri dan kaku di persendian tulang. Umumnya keluhan muncul di  persendian lutut dan panggul. Bila dibiarkan bisa menyebarkan nyeri ke  bagian otot sekitarnya. Pada stadium rendah, keluhan bisa diatasi dengan  obat-obatan dan latihan gerak. Pada stadium lanjut memerlukan tindakan  operasi penggantian bantal sendi.
Dengan hak sepatu yang tinggi, tubuh akan menjadi lebih condong ke  depan. Tentunya si pemakai sepatu tak membiarkan tubuhnya membungkuk ke  depan dan akan berusaha menegakkan posisi tubuhnya dengan cara menarik  badan ke belakang. Sikap berdiri tegak seperti ini menimbulkan gaya  berat badan yang tidak seimbang. Bagian tertentu dari sendi lutut  mendapat beban yang lebih berat dari bagian lain. Semestinya keseluruhan  gaya berat badan bisa ditampung sepenuhnya secara merata oleh semua  permukaan sendi lutut. Bila kondisi tidak seimbang ini terjadi  terus-menerus dalam tempo dua sampai lima tahun, terpiculah penyakit  radang sendi.
Ini bukan cerita isapan jempol belaka. Studi yang dilakukan American  Academy of Orthopaedic Surgeons beberapa tahun lalu, membuktikan bahwa  perempuan yang sering menggunakan sepatu berhak tinggi terutama yang  diatas 5 cm, banyak yang mengalami radang sendi di sekitar lutut, paha,  tulang panggul, bahkan ada yang sampai ke tulang belakang.
Penggunaan sepatu berhak tinggi akan semakin mengundang resiko  penyakit bilamana hak yang dijadikan sandaran berpijak berdiameter  kecil. Hak sepatu yang kecil sudah barang tentu menyebabkan pijakan kaki  tidak stabil, apalagi bila pemakainya bertubuh gemuk. Agar tubuh tidak  terjatuh, secara refleks otot-otot sekitar lutut kerap bekerja keras  menjaga keseimbangan tubuh, otot-otot lutut tidak bisa rileks. Inilah  yang menyebabkan kaki mudah lelah, capek, dan terserang kram.[5]
Menurut dr. Aileen C Siahaan, SpRM dari RS Mitra Keluarga Kelapa  Gading, pemakaian sepatu yang tidak sesuai biomekanik langkah kaki dalam  waktu lama bisa mengubah bentuk kaki dan membuat otot-otot betis dan  tumit cedera. Biomekanik adalah aturan mekanik kaki untuk berjalan,  yaitu ketika tumit kaki mengangkat dan beban tubuh ditumpukan pada  bagian depan kaki baru kemudian kaki diayun ke depan.
Sepatu memiliki fungsi kesehatan dan estetika. Sepatu yang baik harus  memenuhi kedua fungsi itu. Dari segi kesehatan, sepatu melindungi dan  menjaga kebersihan kaki serta membantu kaki menopang tubuh. Dari segi  keindahan, sepatu bisa membantu penampilan.
Memakai sepatu dengan tumit tinggi diatas lima sentimeter, membuat  kaki anda terus-menerus jinjit. Artinya otot akhiles[6]  yang berada di tumit belakang dan otot betis terus-menerus dalam  keadaan tegang. Pembuluh darah tertekan dan akhirnya mengakibatkan  varises. Selain itu, orang yang berdiri dengan posisi kaki jinjit akan  cenderung menyeimbangkan badan dengan cara menegakkan punggung. Punggung  yang tegak terus-menerus lama kelamaan akan sakit yang dapat diikuti  dengan sakit pinggang. “Ini untuk kaki normal. Bagaimana jika kakinya  bermasalah, seperti telapak kaki datar (kaki bebek). Kaki bermasalah  bila memakai hak tinggi, otot-otot kakinya makin tersiksa karena bekerja  ekstra keras untuk menyeimbangkan badan,” ujar Aileen.
Selain hak tinggi, sepatu yang tidak baik adalah yang bagian depannya  terlalu sempit. Jari-jari tidak mempunyai ruang cukup luas untuk  bergerak. Selain saling berimpitan, ujung jari juga langsung menyentuh  ujung sepatu. “Makanya sering ditemukan orang yang jarinya menumpuk,  jempol berada di bawah jari-jari lainnya. Kalau keadaan sudah begitu  parah, untuk perbaikannya harus melalui operasi,” kata dia.
Relaksasi kaki
“Sepatu yang ideal adalah yang memiliki tinggi hak 2-3 sentimeter,  sebab otot akhiles dalam posisi rileks dan nyaman serta energi yang  dikeluarkan untuk berjalan tidak terlalu banyak. Hak dengan tinggi 5  sentimeter masih bisa ditolerir, tetapi pemakaiannya paling lama dua  jam. Setelah itu sebaiknya kaki diistirahatkan dari sepatu tumit  tinggi,” jelas Aileen.
Sepatu berhak datar menurut Aileen juga tidak terlalu baik. Pemakai  memerlukan energi lebih banyak untuk melangkah sebab harus mengangkat  tumit lebih tinggi. Tumit sepatu yang lebih tinggi akan membuat  biomekanik langkah kaki lebih baik.
Untuk mengurangi ketegangan kaki, dapat dilakukan latihan-latihan  tertentu. Diantaranya dengan melakukan gerakan jongkok dan berdiri  berulang kali. Pergelangan kaki diputar-putar beberapa kali, dan  menggantung kaki lebih tinggi dari badan. Akan lebih baik lagi setelah  peregangan kaki direndam air hangat.
“Peregangan dan relaksasi melancarkan peredaran darah. Otot yang kaku  juga dilemaskan. Dengan cara ini, setidaknya ancaman cedera akibat otot  yang tegang bisa dikurangi. Jangan lupa, cedera berulang seperti  keseleo di tempat yang sama, bisa menimbulkan rematik jaringan lunak  pada kaki atau rematik lutut,” ungkap Aileen.[7]
Mengganggu kesuburan 
Dr. Adel Naseer, wakil Dekan Fakultas Pengobatan Alami di Cairo  mengatakan: “Ada sekitar 210 peneliti di seluruh dunia yang  memperingatkan kaum wanita akan bahayanya mengenakan sepatu hak tinggi.  Bahaya tersebut amat banyak dan serius, yang paling serius diantaranya  ialah terjadinya kontraksi yang terus menerus pada otot belakang kaki,  yang berujung pada penyakit varises akibat tertekannya pembuluh darah  kaki. Bahaya serius lainnya ialah terjadinya pembengkokan dan cacat  tulang punggung.
Pengaruh negatif sepatu hak tinggi juga mencakup daerah rongga  panggul hingga bentuknya jadi tidak normal dan ukuran pantat semakin  besar. Gangguan rongga panggul (pelvis) pada wanita hamil dapat  menyebabkannya sulit melahirkan. Sedangkan pada kondisi terburuk, hal  tersebut bisa mengurangi kesuburan si wanita atau bahkan menjadikannya  mandul!
Tekanan pada ujung kaki juga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan  pada rongga panggul (pelvis), hingga menyebabkan kacaunya siklus haid si  wanita dan rasa sakit berlebih tatkala datang bulan. Peringatan serupa  disampaikan pula oleh seorang pakar kesehatan Inggris.[8]
Kedua lutut juga bisa mengeras, akibat tekanan terus-menerus terhadap  cartilage (tulang rawan) yang ada di pada keduanya.
Menurut dr. Naseer, problem yang ditimbulkan oleh sepatu hak tinggi  tidak berhenti sampai di sini. Pemakaian sepatu hak tinggi juga  bertanggung jawab atas munculnya rasa sakit di leher dan bahu, serta  rasa lesu dan pusing-pusing. Ia juga bertanggung jawab terhadap  rontoknya rambut, lewat pengaruh buruknya pada organ dalam wanita.
Gangguan kejiwaan
Diantara hasil riset yang paling aneh dalam hal ini, ialah adanya  kemungkinan terserang gangguan kejiwaan yang berbahaya. Dr. Naseer  menyebutkan tentang sebuah penelitian di barat, yang memperingatkan  bahwa pemakaian sepatu hak tinggi dapat berakhir pada penyakit schizophrenia[9]yang  mengganggu fungsi berfikir.
“Pemakaian sepatu hak tinggi telah ada sejak seribu tahun lalu, dan  telah menunjukkan adanya gejala-gejala awal skizofrenia. Walau  hal ini sifatnya masih asumsi ilmiah, toh keselamatan tetap harus  diutamakan. Semua orang tahu tentang kaidah kesehatan yang mengatakan  bahwa ‘mencegah lebih baik dari pada mengobati’. Apalagi jika  masalahnya berkaitan dengan telapak kaki yang kenyamanan tubuh bermula  darinya”, ungkap Naseer.[10]
Berbagai macam masalah kaki
Dr. Musthafa As Sa’iy menilai bahwa sepatu yang nyaman merupakan  faktor terpenting yang mempengaruhi kesehatan kaki. Karenanya, kita  harus pilih-pilih dalam memakai sepatu, dan jenis yang baik ialah yang  ujungnya bulat. Sepatu yang ujungnya sempit menyebabkan jari-jari  terkumpul dan berdesakan. Demikian pula panjang, lebar dan kedalaman  telapak kaki harus dibuat senyaman mungkin agar sirkulasi darah di kaki  tidak terganggu. Sepatu kulit tergolong paling bagus dalam menjaga  kelembapan dan sirkulasi udara.
Musthafa heran, mengapa ada sebagian wanita yang menyiksa jari kaki  mereka dengan sepatu yang sempit dan tinggi? Mereka harus faham bahwa  mereka terancam berbagai macam bahaya dalam jangka panjang.
Seiring dengan bertambahnya umur dan penggunaan sepatu sempit atau  hak tinggi yang berulang kali, telapak kaki akan membesar dan memanjang,  sedangkan jaringan otot pada punggung kaki dan tumit menipis.
Wanita yang mengenakan sepatu sempit atau lebih pendek dari ukuran  normal kakinya, berarti membuka peluang bagi dirinya untuk terkena  semacam kapalan, yaitu dengan berkembangnya lapisan kulit tebal  & melingkar pada persendian jari, yang merupakan tempat terjadinya  gesekan antara sepatu dan kaki.
Dengan tetap mengenakan sepatu model ini, gesekan yang terjadi dapat  sangat menyakitkan, bahkan dalam beberapa kondisi bisa menyebabkan  pendarahan.
Sepatu yang sempit dapat menyebabkan tertanamnya kuku dalam daging.  Tekanan yang konstan dan terus menerus terhadap kaki juga mengakibatkan  kulit terkelupas, dan terbentuknya kulit yang lebih keras serta  tertanamnya kuku dalam daging. Jelas keduanya sangat mengganggu dan  merusak penampilan, dan kalau sudah demikian, untuk mencabutnya harus  dengan operasi.
Sepatu yang sesak juga menyebabkan tulang-tulang menonjol, yang  mengakibatkan nyeri luar biasa serta kesulitan berjalan, disamping  merusak penampilan.
Bahaya lain yang mungkin timbul adalah neuroma, semacam  pembengkakan syaraf yang terkenal dengan nama Morton’s neuroma  atau plantar neuroma[11].  Keduanya nampak pada jari tengah dan telunjuk kaki. Efek dari neuroma  ini ialah rasa nyeri yang luar biasa pada kaki dan rasa terbakar[12].
Gambar penjelas akan dampak negatif sepatu tumit tinggi, klik  di sini.
[1]  Berasal dari istilah Yunani kuno, aristo artinya ‘yang  terbaik’ sedang kratia artinya ‘kepemimpinan’. Dalam konteks  ini, aristokrat berarti kalangan terbaik semacam bangsawan  (sumber: politea.wordpress.com). 
[2]  Sumber: www.aljarida.com (diterjemahkan dari bahasa Arab).
[3]  Tafsir As Sa’dy 1/90.
[4]  HR. Muslim no 2252, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban (12/379), dan  ini lafazh Ibnu Hibban.  
[5]  Dinukil dari Suaramerdeka.com 01/07/2006.
[6]  Atau tendon Achilles, yaitu ujung otot di atas tumit  yang bersifat lentur.
[7]  Dari sebuah artikel (sumber: www.kompas.com Minggu, 21 Mei 2006).
[8]  Dari sebuah artikel (sumber: www.alwatan.com).
[9]  Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat  ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.  Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya  perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan  antar pribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang  salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindera).  (sumber: Wikipedia).
[10]  Sumber: www.aljarida.com (diterjemahkan secara ringkas).
[11]  Disebut juga: Morton’s metatarsalgia, Morton’s neuralgia dan  intermetatarsal neuroma. Yaitu tumor jinak yang menyerang saraf plantar  di sela-sela jari. Meski dinamakan neuroma, banyak kalangan tidak  menilainya sebagai tumor, akan tetapi sekedar pembengkakan. (wikipedia).
[12]  Sumber: www.alwatan.com & www.prameg.com (disadur &diringkas  dari bahasa Arab).
0 komentar:
Posting Komentar
koment :