Shalat di tunaikan, tapi korupsi tetap jalan .

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Syeikh Ibnu Taimiyah –rahimahullah- ditanya tentang seseorang yang fasik dan peminum khamar sementara ia tetap melakukan shalat 5 waktu, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap shalat (seseorang) yang tidak dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar maka shalat tersebut tidak akan memberikan dampak apa-apa kepada pelakunya melainkan semakin jauhnya dari Allah Ta’ala.”


    Maka beliau (Ibnu Taimiyah) –rahimahullah- menjawab, Hadits ini tidaklah tsabit/shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Akan tetapi (yang benar) shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam kitab-Nya. (QS. Al-Ankabut: 45)
    Apapun keadaanya maka shalat itu tidak mungkin menjadikan seseorang itu bertambah jauh. Namun orang yang shalat itu (tetap) lebih baik dari orang yang tidak shalat, dan (shalat) akan menambah kedekatan kepada Allah, walaupun seseorang itu fasik. Ibnu ‘Abbas berkata, “Tidaklah shalatmu itu akan memberikan manfaat kecuali engkau kerjakan shalat tersebut dengan penuh kesadaran.” Dan sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang selesai dari shalatnya tetapi tidak ditulis pahala (penuh) baginya kecuali setengahnya, atau sepertiganya, atau seperempatnya hingga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sepersepuluhnya.”
    Maka sesungguhnya jika seseorang melakukan shalat seperti yang diperintahkan niscaya akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan jika shalatnya tidak dapat mencegahnya (dari perbuatan keji dan mungkar) ini menunjukkan bahwa (shalatnya) kosong dari hakikat shalat tersebut, walaupun ia seorang yang ta’at. Dan Allah Ta’ala telah berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat.” (QS. Maryam: 59) Menyia-nyiakan shalat adalah bentuk meremehkan kewajibannya walaupun (akhirnya) ia mengerjakannya pula. Wallahu a’lam
    Sumber: Majmu’ Fatawa Syeikh Ahmad bin Abdil Halim Ibnu Taimiyah al-Hairani, Juz 22 Bab Fikih Shalat, Darul Wafa’, 1426H

    وَسُئِلَ :

    عَنْ رَجُلٍ يَفْسُقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ وَيُصَلِّي الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ ، وَقَدْ قَالَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : { كُلُّ صَلَاةٍ لَمْ تَنْهَ عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ صَاحِبُهَا مِنْ اللَّهِ إلَّا بُعْدًا} .

    فَأَجَابَ :

    هَذَا الْحَدِيثُ لَيْسَ بِثَابِتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَكِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ كَمَا ذَكَرَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ . وَبِكُلِّ حَالٍ فَالصَّلَاةُ لَا تَزِيدُ صَاحِبَهَا بُعْدًا . بَلْ الَّذِي يُصَلِّي خَيْرٌ مِنْ الَّذِي لَا يُصَلِّي ، وَأَقْرَبُ إلَى اللَّهِ مِنْهُ ، وَإِنْ كَانَ فَاسِقًا . لَكِنْ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : لَيْسَ لَك مِنْ صَلَاتِك إلَّا مَا عَقَلْت مِنْهَا . وَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إنَّ الْعَبْدَ لَيَنْصَرِفُ مِنْ صَلَاتِهِ . وَلَمْ يُكْتَبْ لَهُ مِنْهَا إلَّا نِصْفُهَا ، إلَّا ثُلُثُهَا ، إلَّا رُبْعُهَا ، حَتَّى قَالَ : إلَّا عُشْرُهَا } فَإِنَّ الصَّلَاةَ إذَا أَتَى بِهَا كَمَا أُمِرَ نَهَتْهُ عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ، وَإِذَا لَمْ تَنْهَهُ دَلَّ عَلَى تَضْيِيعِهِ لِحُقُوقِهَا ، وَإِنْ كَانَ مُطِيعًا . وَقَدْ قَالَ تَعَالَى : { فَخَلَفَ مِنْ 

    Diterjemahkan oleh Abu Aqil di Langsa

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.