Dilematika hati.

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Jika hati dipenuhi oleh Keyakinan dan Cinta kepada sesuatu yang salah, maka tidaklah tersisa bagi Keyakinan dan Cinta pada suatu kebenaran. Seperti halnya lisan, jika disibukkan untuk membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, maka lisan tidak akan terbiasa mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, kecuali jika pemiliknya mengosongkan lisannya dari pembicaraan yang tidak bermanfaat.  
    Demikian juga anggota badan, jika terbiasa digunakan untuk selain ibadah, maka badan tidak akan terbiasa melakukan Ibadah, kecuali apabila ia meninggalkan kebalikannya.

    Bahkan hati yang sibuk mencintai selain Alloh Ta'ala dan mengikuti apa yang ia inginkan, maka hati itu tidaklah mungkin mencintai, merindukan serta ingin berjumpa denganNya, kecuali jika hati dikosongkan dari selainNya.


    Apabila hati telah disibukkan dengan makhluk dan ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak akan tersisa waktu untuk sibuk dengan Alloh Ta'ala, mengenal nama-namaNya, sifat-sifatNya dan hukum-hukumNya.

    Rahasia dibalik ini adalah adanya perhatian hati dan perhatian telinga, ketika telinga digunakan untuk mendengarkan selain kalamulloh, ia akan sulit untuk mendengarkan dan memahami kalamulloh.

    Oleh karena inilah Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam berkata :

    لأن يمتلئ جو أحدكم قيحا حتى يريه خير له من أن يمتلئ شعرا

    "Sungguh-sungguh jika perut salah seorang dari kalian dipenuhi nanah sampai ia memuntahkannya adalah lebih baik bagi dia daripada perutnya dipenuhi oleh Syair". (HR. Bukhory 10/654, Muslim 4/1769, Abu Daud 4/303, Tirmidzi 5/140, Ibnu Majah 2/1236, Abu Awanah dalam shohihnya, Ibnu Hibban dalam shohihnya 7/514, Ath Thohawi dalam ma'ani al atsar 4/295, Ibnu Adiy dalam Al Kamil 5/1894, semua lewat beberapa jalur dari Abu Sholih dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu).

    Ibnul Qoyyim Rohimahulloh ta'ala menjelaskan dalam kitab fawa'id hal. 30 tentang makna hadits ini :

    "Nabi Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam menjelaskan bahwa perut bisa penuh dengan syair, penuh dengan syubhat, keraguan, khayalan, perkiraan yang tidak ada wujudnya sama sekali, ilmu yang tidak bermanfaat, bualan, lelucon, hikayat dan yang semisal dengannya.

    Apabila hati penuh sesak oleh hal-hal tersebut, maka tidaklah mungkin bisa menerima hakikat Al Qur'an dan ilmu yang bermanfaat yang merupakan kesempurnaan dan kebahagiaannya, maka engkau tidak akan mendapati tempat yang kosong dan tempat tinggal bagi Al Qur'an dan Ilmu (dalam hati), maka beralihlah ia kepada tempat yang lain.

    Sebagaimana apabila nasehat itu dicurahkan kedalam hati yang penuh dengan hal-hal yang berlawanan yang tidak ada tempat lagi bagi nasehat, maka tentunya hati tidak akan menerima nasehat tersebut dan mempengaruhinya, akan tetapi nasehat itu akan berlalu begitu saja serta tidak akan membekas dalam hatinya."

    Maka hati adalah wadah bagi ilmu yang bermanfa'at, maka seandainya wadah itu baik maka wadah itu akan mampu menyimpan ilmu dan menjaga ilmu tersebut sebaliknya seandainya wadah itu rusak maka ilmu itu akan tersia-siakan.

    Alloh Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan tentang orang-orang munafik yang menderita penyakit hati :


    وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ


    " dan sungguh-sungguh Kami penuhkan neraka jahanam dengan mayoritas dari kalangan jin dan manusia, mereka memiliki hati akan tetapi mereka tidak memahami Al Qur'an, mereka memiliki mata akan tetapi tidak mentadabburi Al Qur'an, mereka memiliki telinga akan tetapi telinga mereka tidak  mendengarkan Al Qur'an, mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat (dari binatang ternak), mereka itulah orang-orang yang lalai ".(QS. Al A'rof : 179).

    Wallohu a'lam bish showab..


    Abu Abdirrohman Anang Al Atsary

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.