Konsep permainan anak.

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Sikap orang tua yang kerap memanjakan anak dengan mainan ternyata bisa menjadi bumerang. Orang tua biasanya takluk oleh rengekan anak dan abai memerhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesehatan mainan anaknya. Kasus anak-anak yang terancam buta akibat bermain pistol replika merupakan buktinya.

    Bermain sesungguhnya merupakan dunia anak ,bermain bukanlah kegiatan yang tidak berarti tapi sangat penting untuk pertumbuhan anak dan dapat membantu mengembangkan mental, sosial dan ketrampilan fisik, termasuk berbicara dan berjalan.

    Bermain dapat merangsang rasa ingin tahu, kecakapan, serta percaya diri seorang anak. Bermain juga merupakan landasan bagi anak untuk mampu melakukan pekerjaan sekolahnya, mempelajari beberapa ketrampilan yang perlu untuk kehidupannya di kemudian hari.

    Saat anak-anak berkumpul, bermain, anak-anak bertukar pengalaman, mengembangkan daya kreasi dan imajinasi, belajar tentang kerjasama, toleransi, tanggung jawab, dan saling dukung antara satu dengan lainnya. Secara alamiah, proses itu akan membentuk semangat berorganisasi dan merefleksikan bakat kepemimpinan yang dimiliki anak-anak.

    Sebaliknya, anak-anak yang tidak pernah bermain dengan teman-temannya atau dalam kelompok akan cenderung memperlihatkan hambatan perilaku setelah dewasa. Misalnya, tidak bisa melakukan sosialisasi di tempat pekerjaan, tidak sanggup mengoordinasikan tugas dan sulit meluaskan wawasan

    Dari penjelasan ini tampak bahwa bermain bukanlah perkara sepele. Soalnya kemudian, masih ada orangtua yang over protective melarang anak-anak bermain karena khawatir anaknya hanya akan membuang waktu percuma. 

    Orang tua juga tidak jarang kurang memahami bahwa anak-anak memiliki kemampuan menjadikan apa saja sebagai arena bermain. Karena itu, jangan heran bila anak-anak bermain lompat-lompatan di tempat tidur atau kursi, sementara orang tua akan memarahi karena khawatir benda-benda itu rusak atau kotor.

    Proses internalisasi nilai juga sering luput dari perhatian orang tua ketika membelikan mainan untuk anak-anaknya. Orang tua, tanpa mereka sadari, ikut menanamkan konstruksi gender dengan membelikan boneka atau seperangkat mainan peralatan memasak kepada anak perempuannya. Sebaliknya, terhadap anak laki-laki, dibelikan mobil-mobilan, pistol-pistolan dan aneka mainan yang disebut sebagai mainan anak lelaki. Padahal, mainan tidak mengenal jenis kelamin. Tapi, dari situlah bermula anak-anak kita mengidentifikasikan dirinya, diakrabkan dengan peran gender yang terbawa hingga mereka dewasa, berumah tangga, hingga memiliki anak.


    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.