 Nak….., menjadi ayah itu indah dan mulia, dengan itu aku bangga.  Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini.  Kecemasan yang besar dan indah itu karena didasari sebuah cinta.
Nak….., menjadi ayah itu indah dan mulia, dengan itu aku bangga.  Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini.  Kecemasan yang besar dan indah itu karena didasari sebuah cinta.Meskipun demikian, ketahuilah, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi ku  akui, betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku,
aku seperti menemui makna keberadaanku dan tugas kebapakanku terhadapmu.
aku seperti menemui makna keberadaanku dan tugas kebapakanku terhadapmu.
Sepanjang masa keberadaanmu adalah suatu masa terindah dan paling aku banggakan dihadapan siapapun. Bahkan dihadapan Allah sekalipun aku membanggakanmu ketika aku duduk berduaan denganmu dihadapanNya, hingga saat usia senja menanti.
Nak…. ., saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai  buah cintaku dan cinta ibumu. Sebagai bukti dan pengikat bahwa aku dan  ibumu tak akan pernah terpisahkan oleh apapun dan siapapun. Tapi….,  seiring waktu berjalan, ketika engkau tumbuh besar dan telah pula pandai  bicara, ketika engkau telah mampu membantah suruhanku dengan kata  “GA’  MAU” tersentak didadaku…! Hingga membuat diriku tersadarkan siapa  engkau sesungguhnya…… Engkau ternyata bukan milikku, bukan pula milik  istriku, ibumu, engkau adalah milik Allah yang dititipkan kepadaku. Dari  itu tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdian  sesungguhnya hanya patut untukNya.
Sejak saat itu, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada  pemilikmu yang sebenarnya. Tugasku bukanlah membuatmu dikagumi orang  lain, tapi tugasku sebenarnya adalah membuatmu dicintai Allah, untuk itu  aku harus mendekatkanmu kepadaNya….. Inilah usaha terberatku, karena  disitu artinya aku harus terlebih dahulu memberikan contoh kepadamu  bagaimana mendekatkan diri denganNya. Keinginanku harus sesuai dengan  keinginanNya Sang Pemilikmu agar perjalananku untuk mendekatkanmu  kepadaNya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua bergandengan dengan  ibumu, tak pernah engkau kami biarkan tersandung kerikil tajam,  terperosok kelembah hitam. Kugenggam jemarimu kupeluk jiwamu, agar dapat  kau rasakan hangatnya perjalanan rohani ini. Saat engkau mengeluh letih  berjalan, kutarik engkau dengan belaian sayang karena kita memang tak  boleh berhenti. Perjalanan mendekat denganNya tak kenal letih tak kenal  berhenti. Berhenti berarti mati mata hati. Inilah kata-kataku……. Acap  kali kubelai kupeluk dan kuusap air matamu ketika engkau hampir putus  asa.
Akhirnya nak….., kalau nanti…… , ketika semua manusia dikumpulkan  dihadapanNya di padang mahsyar, kudapati jarakku amat jauh dariNya, aku  ikhlas, aku rela dan aku ridho, karena seperti itulah aku di dunia. Tapi  kalau boleh aku berharap…… aku ingin melihatmu disaat itu engkau berada  dalam pelukanNya dekat sekali dengan Kasih dan CintaNya.
Bangga aku, aku bangga, karena itulah bukti bahwa engkau yang  dititipkan kepadaku telah dapat pula aku kembalikan kepada PemilikNya  Allah Rabbul ‘Alamin.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2225431
0 komentar:
Posting Komentar
koment :