Mencontoh bunga Edelwis .

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Bunganya putih berseri, sedap elok di pandang mata, bergumul menjadi satu, tanda persahabatan di antaranya. Semampai indah wujudnya, 
    ternyata menyimpan begitu banyak hikmah untuk kita, untuk makhluk yang Allah ciptakan sebagai penjaga alam semesta. Karena itu, mari kita belajar dari Edelweis…
      
    Edelweis, sebuah bunga yang di sebut-sebut sebagai bunga abadi, ternyata Allah meyimpan banyak hikmah untuk manusia di dalamnya.

    Edelweiss, putih kecil, tak terlalu harum, namun tak mengurangi kecantikannya. Setiap bunganya yang gugur dan jatuh menyentuh tanah, dengan izin Allah, bunga tersebut akan tumbuh kembali menjadi satu pohon Edelweiss yang baru. Selain itu, bunga ini ketika dikeringkan, tahannya lebih lama dibandingkan dengan bunga yang lain. Keunikannya ini yang menjadikannya mendapat julukan ‘The Immortal Flower’ atau ‘Bunga Abadi’.

    Bunga ini mampu hidup dengan suhu di bawah 18 derajat celcius. Dengan suhu serendah itu, banyak orang menggigil tak karuan, berusaha mencari tempat paling hangat untuk beristirahat, atau bahkan, secara tidak sengaja seseorang berkeluh kesah dengan mengatakan “sialan! Dingin banget si di sini!!”. Namun tidak si kecil Edelweiss, tetap mensyukuri nikmat Sang Pencipta di tempat ia tumbuh.

    Dia tetap tumbuh dengan terus menebar keindahan tak peduli apapun keadaan di sekitarnya, dinginkah, panaskah, dia tetap memiliki keyakinan kepada Allah, bahwa keadaan di sekitarnya itu tak menjadikan dirinya takluk, karena dia memiliki sandaran yang kuat, dia memiliki Tuhan yang Maha Besar, Allah swt Seperti itulah seharusnya manusia! Menjadi manusia yang selalu yakin akan Allah, Tuhan-nya.

    Edelweiss mengajarkan kita untuk senantiasa bangkit dari keterpurukan. Gugurnya sehelai Edelweiss, mampu menghasilkan puluhan bunga yang sama atau bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya. Begitulah seharusnya kita manusia dalam menghadapi keterpurukan di dalam hidup kita.

    Berapa kalipun kita gagal, jangan pernah anggap itu sebagai kegagalan, jadikan itu sebuah penemuan, penemuan ‘cara yang salah’. Karena seorang penemu tak pernah langsung berhasil dalam percobaannya, mereka juga pernah gagal, tapi mereka menganggap kegagalan mereka adalah penemuan ‘cara yang salah’, bukan penemuan ‘kegagalan’. Dan kita harus meyakini, bahwa kita akan dan pasti, menemukan suatu ‘cara yang benar’ untuk menghadapi permasalahan yang Allah ujikan.

    kita sering berada di bawah roda kehidupan, ketika kondisi kita seperti itu, sungguh indah jika kita menjadi seperti Edelweiss yang gugur, dia bisa tumbuh kembali menjadi bunga, mengapa kita manusia yang ‘gugur’ dalam ujian-Nya, tak mampu bangkit kembali menjadi manusia yang memiliki ‘bunga’ yang indah?

    Seandainya kita memiliki kelebihan yang Allah berikan, maka yakinlah, ada kekurangan dalam diri kita. Jangan pernah sombongkan kelebihan itu di hadapan orang lain. Jadilah seperti Edelweiss, dia memiliki keindahan dengan keabadiannya, namun dia memiliki kekurangan, yaitu harumnya tak semerbak seperti bunga yang lainnya. Bunga se-indah Edelweiss pun memiliki kekurangan, maka, manusia se-‘indah’ apapun, pasti memiliki kekurangan, karena itu, jangan pernah sombong dengan apa yang kita miliki saat ini.

    Banyak anak yang tamak dengan ilmu yang dia miliki, sampai-sampai tanpa sadar menyakiti perasaan temannya dengan kesombongan yang dia lakuan, entah sengaja atau tidak. Banyak juga anak muda, yang sombong dengan hartanya, di pamerkan ke segala penjuru, agar teman-temannya mengetahui bahwa dia anak yang berkecukupan, atau bahkan kelebihan harta. Ingatlah teman, semua itu akan sirna seiring berjalannya waktu. Ingatlah teman, aku dan kalian memiliki ‘borok’ yang hanya Allah saja yang tahu. Ingatlah selalu teman, aku dan kamu di ciptakan seideal mungkin, seimbang antara kelebihan dan kekurangan.

    Terkadang aku berfikir, jangan-jangan apa yang aku anggap dalam diriku ini suatu kelebihan, ternyata itu adalah kelemahan besar di mata Allah. Pernahkah kalian fikirkan itu?.

    Namun sekarang, yang aku fikirkan adalah jangan pernah merasa malu dengan kekurangan yang kita punya, sekali lagi jadilah seperti Edelweiss, dia menjadikan kelebihannya untuk menjadi sebuah pemandangan yang indah, kembali sejuk hatinya, dan tersenyum kembali wajahnya.

    Jadikan kelebihan kita untuk membuat orang lain tersenyum, bukan membuat orang lain merasa sakit hati, atau kecewa.

    Ketika kita berada di atas roda kehidupan,, ingatlah Edelweiss, dia akan gugur setelah berkembangnya, dia pernah berada di atas, dan juga pernah berada di bawah. ingatlah, tak selamanya kita berada di atas, karena pasti kita akan mengalami berada di bawah. Tak selamanya kita menang. Pasti ada kalanya kita mengalami keterpurukan. ketika kita berada dalam keterpurukan,ingat kalimat ini, takkan pernah ada kebangkitan, kalau tidak ada keterpurukan.
    Wallahu a’lam

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.