Hati yang gelap berselubung noda dosa dan maksiat tidak hanya merusak hati. Ada akibat lanjut dari kerusakan hati, sebagaimana disebutkan bahwa hati ibarat raja..
Kalau hati baik baiklah yang lain, sementara kalau hati rusak buruk pula yang lain. Di antara akibat gelapnya hati adalah:
1. Bersemangat melakukan maksiat sementara untuk beramal shalih menjadi malas. Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan dalam firman-Nya yang artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lamppau)…” (Ali Imran:155)
Al-Syaikh al-Sa’di berkomentar tentang ayat ini, “Allåh mengabarkan tentang orang-orang yang lari ketika perang Uhud. Penyebabnya adalah menuruti rayuan setan, dan setan berhasil menguasai mereka disebabkan dosa yang pernah mereka lakukan. Merekalah yang telah mengundang setan mendekati mereka. Mereka menguatkan setan dengan perbuatan dosa yang dilakukannya. Maksiat merupakan keadaan dan sarana bagi masuknya setan.”
2. Dijauhkan dari ilmu din yang bermanfaat.
Al-Imam Ibnul Qåyyim berkata, “Di antara hukuman maksiat adalah diharamkannya dari ilmu, karena ilmu merupakan cahaya yang dikaruniakan Allåh azza wa jalla di dalam hati hamba. Sedangkan maksiat memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik membacakan ilmu di hadapan majelis yang dihadiri oleh Imam Syafi’i, Imam Malik kagum dengan kecerdasannya dan pemahamannya yang sempurna. Lalu beliau berkata, ‘Kusaksikan di dalam hatimu telah dikaruniakan cahaya oleh Allåh azza wa jalla, maka jangan engkau padamkan dengan gelapnya maksiat.” (Al-Jawabu al-Kafi, hal. 151)
Al-Imam al-Syafi’i berkata,[yang artinya] : Aku mengadu kepada Waki’ (salah satu gurunya) tentang hafalanku yang lemah. Beliau menyarankan kepadaku agar meninggalkan maksiat. Ketahuilah! Ilmu itu merupakan sebuah karunia. Sementara itu karunia Allåh tidak akan diberikan kepada tukang maksiat.
3. Terbaliknya hati.
dari Hudzaifah bin Yaman, “Aku mendengar Råsulullåh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Berbagai fitnah dibentangkan dalam hati sebagaimana halnya tikar, helai demi helai. Akan muncul titik hitamdalam hati yang menikmati fitnahfitnah tersebut. Sementara hati yang mengingkarinya akan mempunyai titik putih. Hati pun terpilah menjadi dua macam. [Pertama] Hati yang putih yang jernih, yang tidak akan termakan fitnah selama-lamanya. [Kedua] Hati yang hitam terbalik bagaikan cangkir terbalik, sehingga tidak mengenal kebaikan dan tidak mampu membedakan kemungkarankecuali berdasar hawa nafsu yang dinikmatinya.”[ Shåĥiĥ Muslim (144)]
Al-Imam Ibnul Qåyyim berkata, “Apabila hati telah menghitam dan terbalik, maka akan timbul dua penyakit berbahaya yang berujung pada kebinasaan. Pertama, kerancuan dalam memandang antara yang ma’ruf dan mungkar. Akibatnya dia tidak bisa membedakan antara yang baik dan mungkar. Jika penyakit itu menguat maka yang ma’ruf dirasakan sebagai kemungkaran dan sebaliknya yang mungkar dianggap sebagai sebuah kebaikan, yang sunnah dianggap bid’ah, yang bid’ah justru dianggap sebagai sunnah. [Penyakit kedua] adalah berhukum dengan hawa nafsu sehingga selalu menuruti dan mengikutinya.” [Ighåtsatul Lahafan, juz 1 hal. 11]
4. Terancam adzab dan kehinaan.
Allåh subhanahu wa ta’ala menggambarkan hal ini dalam sebuah firman-Nya, [yang artinya] :
“…Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak menyucikkan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (Al-Maidah:41)
Al-Imam Ibnul Qåyyim berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang hatinya tidak disucikan oleh Allåh pasti akan mendapatkan kehinaan di dunia dan adzab di akhirat, tergantung kadar najis dan kekotoran hatinya. Oleh karena itu Allåh mengharamkan surga bagi orang yang di hatinya ada najis dan kotoran. Seseorang tidak bisa masuk surga kecuali setelah hatinya disucikan dan dibersihkan, karena surga merupakan tempat orang-orang yang suci” [Ighåtsatul Lahafan, juz 1 hal. 52]
MENCEGAH HATI YANG GELAP
Ada beberapa kiat agar hati kita tidak termasuk dalam jenis hati yang gelap penuh noda. Di antaranya:
Pertama, banyak berdoa kepada Allåh subhanahu wa ta’ala agar hati selalu dicondongkan pada kebaikan dan dipalingkan dari berbagai keburukan. Karena hati ibarat kapas yang akan terbang seiring dengan hembusan angin.
“…ketahuilah bahwa sesungguhnya Allåh membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (Al-Anfal:24)
Kedua, berusaha menjauhi maksiat, dan apabila tergelincir ke dalam maksiat segera berusaha memohon ampunannya dan bertobat.
Begitu pentingnya menjaga bersihnya hati dari noda maksiat. Betapa luas dan beragamnya maksiat bertebaran di depan mata. Kadangkala seseorang bisa menjaga diri dari maksiat yang kasat mata, namun terjatuh dalam maksiat batin, atau sebaliknya. Bisa jadi seseorang telah terjatuh dalam maksiat yang besar, tanpa disadarinya. Kadangpula seseorang sudah berupaya untuk bersih hati, namun cara yang ditempuh salah sehingga bukan hati bersih yang diraih, justru noda hati yang kian pekat. Walhasil, semuanya membutuhkan ilmu. Setiap muslim harus rajin menuntut ilmu sampai kapan pun.
0 komentar:
Posting Komentar
koment :