Memburu ilmu Menggapai Hidayah

Posted on
  • by
  • ابوالياس
  • in
  • Label:
  • Awalnya sahabat Abdullah bin mas’ud bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang budak dan pengembala. Perawakanya pendek, tubuhnyapun kurus, nyaris tak ada yang istimewa secara fisik dan setatus sosialnya. Tapi ketika hidayah islam menyentuh hatinya. Ketika imannya membibingnya ia bukan lagi orang biasa. Ilmunya melimpah bahkan tak ada satu ayatpun dalam alqur’an kecuali beliau mengetahui dimana dan apa penyebab turunnya, tubuhnya tetap kurus namun jangan di Tanya  timbangan amalnya. Bahkan rosululloh mengabarkan kedua betis ibnu mas’ud lebih berat timbangannya di sisi Allah ta’ala dari pada gunung uhud. Lain lagi dengan mush’ ab bin umair , seorang pemuda kaya yang manja ketampanan nya  menjadi buah bibir, namun ketika iman dan hidayah merasuki qolbunya, semua menjadi berubah, dari pemuda glamour yang manja menjadi pribadi tangguh yang memukau.

     Yang menjadi pertanyaan dari mana hidayah itu datang? Sehingga menusia yang tadinya biasa- biasa saja menjadi luar biasa. Apa turun dari langit begitu saja, ? apa dengan usaha sendiri?  

    Hidayah itu ada pemiliknya yaitu Allah robbul izah, Kita harus rajin meminta Agar ilmu dan hidayah senantiasa ada dalam genggaman hingga ajal menjelang agar kita tidak terperangkap dalam kesesatan, kebodohan dan kurangnya, ilmu.

     Hidayah dan ilmu adalah satu mata pisau yang tak terpisahkan, tidak boleh ditinggalkan salah satu dari keduanya. Dan menjadi tugas kita para pendidik dan orang tua untuk menuntun anak- anak kita dalam mencari ilmu dan hidayah. Karena kita tahu apa tujuan hakiki manusia yaitu bahagia dunia dan akhirat.

     Tujuan kita bukan sekedar berapa nilai matematika anak kita, bagaimana kemampuan bahasa inggrisnya, dapat rangking berapa ? Bisa masuk universitas mana ? kalau lulus bisa kerja dengan gaji berapa? Bukan sekedar itu saja! Tidak sekedar anak bisa menyelesaikan ujian akhir semester dengan sukses dan melupakan yang lain yang lebih penting dari smua tadi,  ada Ujian yang menanti yang jauh lebih besar, yaitu ketika kita di Tanya nanti dengan pertanyaan, Siapa Robb mu ? apa Agama mu? Dan siapa Nabimu?  Maka seharusnya kita mempersiapkan diri, jangan sampai ketika waktu tiba, kita menyesal karena kurang maksimal dalam memberi bekal ilmu dan iman pada buah hati kita. Jadikan diri kita madrasah pertama bagi mereka. Agar kita kelak menuwai apa yang kita tanam.

      Jika ada rumput liar tumbuh di antara padi yang yang kita tanam. Itu merupakan bonus pekerjaan Agar kenikmatan ketika memetik lebih terasa, karena lunasnya perjuangan.  Begitu juga riak-riak kecil berupa kenakalan-kenakalan hadir dalam mendidik mereka, itu adalah ujian, sampai di mana niat tulus kita menjadikan putra-putri kita generasi kebangga’an umat, generasi sukses dunia Akhirat.
    Wallahu A’lam bisshowab

    0 komentar:

    Posting Komentar

    koment :

     
    Copyright (c) 2011 Moslemblog's byAbu ilyas.